![]() |
| WAWANCARA: Wakil Gubernur Kaltim Seno Aji - Foto Dok Nett |
BORNEOTREND.COM, KALTIM- Di tengah ramainya pembahasan mengenai masa depan program pendidikan gratis Gratispol, Wakil Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Seno Aji, mengingatkan bahwa keberhasilan program bukan hanya soal pembiayaan kuliah yang ditanggung pemerintah.
Ada dinamika baru yang harus diantisipasi sejak dini agar dampaknya tidak berbalik menjadi masalah di kemudian hari. Ia menyebut bahwa Gratispol telah mengubah lanskap pendidikan tinggi di Kaltim secara drastis sejak dua tahun terakhir.
“Awal-awal penerapan Gratispol, euforia kuliah itu sangat tinggi. Semua ingin daftar, karena biaya tidak lagi menjadi hambatan,” ujar Seno.
Namun menurutnya fase berikutnya justru menuntut kehati-hatian.
“Dengan berjalannya waktu, ketika universitas melakukan evaluasi, pendaftaran akan semakin selektif. Persaingan juga semakin ketat,” tambahnya.
Di sisi lain gelombang antusiasme terhadap program pendidikan gratis tidak hanya datang dari dalam provinsi. Kabar Gratispol ternyata juga menarik minat calon mahasiswa dari luar daerah.
Dirinya menyebut fenomena ini mulai meningkat di kampus-kampus besar seperti Universitas Mulawarman.
“Banyak mahasiswa dari luar daerah yang masuk karena mendengar Kaltim menggratiskan pendidikan. Dan mereka yang datang ini sebagian besar pelajar berprestasi,” jelasnya.
Kondisi tersebut mendorong pemerintah mengambil langkah pengaturan, bukan untuk membatasi, tetapi memastikan putra-putri Kaltim tetap memiliki posisi utama.
“Kita ingin anak-anak Kaltim mendapatkan haknya terlebih dulu. Jangan sampai saat persaingan bebas dimulai, mereka tertinggal di tanah sendiri,” tegasnya.
Dalam perspektif dia, Gratispol bukan hanya kebijakan populis, tetapi bagian dari strategi pembangunan jangka panjang.
Ia mengungkapkan bahwa Kaltim sedang memperluas kerja sama dengan negara-negara mitra, termasuk Italia dan Republik Rakyat Tiongkok, khususnya Provinsi Anhui. Kerja sama tersebut mencakup industri semen, irigasi perkebunan, hingga sektor manufaktur lainnya.
“Kerja sama ini membuka peluang kerja besar. Dan 70 persen dari peluang kerja tersebut akan kita prioritaskan untuk lulusan Kaltim,” ujarnya.
Namun, ia menekankan bahwa lulusan Gratispol tidak semata-mata disiapkan untuk menjadi pekerja. Pemerintah juga mendorong lahirnya generasi baru pelaku usaha. Dirinya bahkan memperkirakan bahwa pada tahun 2028–2029, lulusan pertama program Gratispol akan memasuki dunia kerja bersamaan dengan mulai beroperasinya investasi baru di Kaltim.
Dirinya berharap momentum tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal oleh generasi muda daerah.
“Ketika industri baru ini berjalan, kami ingin lulusan pendidikan gratis sudah siap mengisi posisi-posisi tersebut,” bebernya.
Menurut dia Gratispol sejatinya adalah investasi untuk membangun fondasi generasi masa depan Kaltim bukan sekadar bantuan pendidikan.
“Kita sudah membuka pintu pendidikan. Sekarang tinggal bagaimana anak-anak memanfaatkannya. Kita harus bersiap menghadapi perubahan, bukan sekadar ikut arus,” pungkasnya.
Sumber: Nett
