Puja Mandela Rilis “Cerita yang Lalu”, Menambah Daftar Jurnalis Sekaligus Penulis Lagu

 

BORNEOTREND.COM - Musisi sekaligus jurnalis asal Kalimantan Selatan, Puja Mandela, merilis single terbarunya berjudul “Cerita yang Lalu”, sebuah balada sederhana dengan lapisan makna yang dalam. 

Kehadiran Puja Mandela sebagai seorang jurnalis dalam menulis lagu, mengingatkan kita pada nama-nama kesohor lainnya. Sebut saja misalnya WR Supratman, Ismail Marzuki, dan Erros Djarot adalah seorang jurnalis sekaligus pencipta lagu. 

WR Supratman yang terkenal menulis lagu kebangsaan "Indonesia Raya" pada masanya juga berprofesi sebagai jurnalis. Begitu juga Ismail Marzuki yang mencipta ratusan lagu dikenal sebagai penyiar radio, dan pencipta lagu "Badai Pasti Berlalu" Erros Djarot adalah Pemimpin Redaksi majalah mingguan DeTik di era tahun 1990-an.

Lagu Puja Mandela yang berdurasi tiga menit ini diproduksi di Beehive Home Studio Recording, memadukan vokal hangat penulisnya dan gitar akustik yang ia mainkan sendiri. Sang produser, Prima Yuda Prawira, juga mengambil banyak peran, di antaranya dengan memainkan piano ala Nicky Hopkins. 

Sejak bait pembuka “Kita bertemu kembali, saat dunia sedang terluka…”, pendengar diajak menyusuri ruang batin dua jiwa yang berhadapan di dunia yang penuh luka; ketidakadilan, perang, korupsi, dan udara yang tercemar karena kerakusan manusia. 

Melalui metafora empat elemen; udara, api, debu, dan hujan, Puja Mandela menghadirkan perjalanan dari kehilangan menuju penerimaan. Bukan untuk melupakan, melainkan untuk berdamai dengan masa lalu.

Refrain-nya mengulang kalimat sederhana tapi kuat: “Kau dan aku, cerita yang lalu / Api yang menyala menjadi debu.” Dan lagu ini ditutup dengan baris lirih tak berulang: “Hujan yang sengaja, jatuh dari udara / Menghapus jejak, cerita kita berdua.”

Jika “Lagu untuk Nada”, Puja menulis dengan lugas, “Dunia penuh dusta, tapi yakinlah kau tak terluka", kini melalui “Cerita yang Lalu,” ia menulis dengan penuh metafora dan makin menegaskan kemampuannya menulis narasi yang tajam sekaligus menyentuh.

Dalam karya ini, Puja Mandela juga menampilkan visual cover yang menafsirkan pertemuan dirinya versi dewasa dan versi masa kecilnya yang dibuat menggunakan teknologi Artificial Intellegence (AI). Ia menyebut ini sebagai percakapan dengan diri sendiri: tentang penerimaan dan keikhlasan terhadap masa lalu. 

“Cerita yang Lalu bukan sekadar lagu untuk meratapi kehilangan, tetapi menegaskan bahwa kehilangan adalah bagian dari kehidupan,” kata penulis buku esai Tak Semua Hal Harus Masuk Akal itu. 

“Cerita yang Lalu” akan tersedia di Spotify, YouTube Music, dan Apple Music mulai 29 Oktober 2025.

Editor: Khairiadi Asa

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال