Sebegitu Pentingkah Baju Seragam

Oleh: Mohammad Effendy
(Forum Ambin Demokrasi)


Beberapa dekade yang lalu para akademisi pernah melontarkan kritikan tajam terhadap kebijakan pemerintah daerah yang mewajibkan pegawainya termasuk para guru agar menggunakan baju seragam yang berbeda untuk setiap harinya. Mereka mengutip satu pendapat bahwa pemimpin yang hanya fokus pada hal-hal kecil seperti mengatur baju seragam adalah ciri pemimpin yang tidak memiliki visi besar dalam kepemimpinannya.

Apalagi jika praktek di lapangan masing-masing atasan memberi skoring penilaian terhadap disiplin dalam pekerjaan hanya ditujukan kepada apakah mereka mentaati memakai baju seragam, menggunakan atribut tanda pengenal serta presensi kehadiran. Atasan tersebut melupakan bahwa skoring yang paling utama adalah seberapa tinggi nilai kinerja yang dihasilkan dalam pelaksanaan tugas, kewajiban serta fungsi pekerja tersebut.

Instansi pelayanan publik misalnya, penilaian kinerjanya harus diarahkan pada; apakah terjadi penurunan tingkat keluhan masyarakat terhadap instansi tersebut. Ampabila keluhan masyarakat makin tinggi maka kinerja instansi pelayanan publik dimaksud dapat dianggap buruk dan gagal dalam melaksanakan visi dan misinya. Sebaliknya jika keluhan masyarakat makin rendah, maka instansi pelayanan publik dimaksud telah berhasil melaksanakan tugasnya.  

Dalam perkembangan selanjutnya, tanpa diduga para akademisi yang bersuara lantang terebut harus menelan pil pahit. Sebab, kewajiban memakai baju seragam lengkap dengan atribut tanda pengenal mulai diberlakukan di kampus tempat mereka mengabdikan diri. Para petinggi kampus mulai menyusun bagaimana menerapkan aturan tersebut agar ditaati dengan sepenuh hati.

Sebagaimana kekhawatiran yang terjadi dalam jajaran birokrasi, apakah petinggi kampus juga nantinya hanya terfocus setiap harinya hanya untuk mempelototi para dosen apakah memakai baju seragam dan menggunakan atribut tanda pengenalnya. Kemudian melupakan tugas utama seorang dosen yang harus dapat memberikan pencerahan keilmuan kepada mahasiswanya.

Lupa mendorong dosen bagaimana agar presentasi bahan kuliah yang disampaikan telah menggunakan referensi terkini sesuai dengan perkembangan ilmu dan tehnologi serta teori dan paradigma baru yang begitu cepat perubahannya. Lebih parah lagi jika ikut terlupakan nilai-nilai filosofi dari tri dharma Perguruan Tinggi.

Kampus sejak dulu diidolakan sebagai pioner pembaharuan bagi bangsanya, sehingga kampus harus menjadi kompas yang dapat memandu menuju cita-cita suci para pendiri bangsa. Oleh karena itulah segenap civitas akademika harus berperan dan terlibat dalam proses pengelolaan negeri ini. Para akademisi harus dapat menangkap dan merasakan denyut nadi rakyat yang menderita akibat kebijakan pengelola negara yang tidak banyak berpihak kepada mereka.

Dosen berkewajiban membimbing dan mengarahkan mahasiswanya agar memiliki semangat tinggi untuk menimba ilmu yang nantinya dapat diabdikan mereka untuk membangun kehidupan masyarakat yang lebih baik dan lebih berkeadilan. Tri dharma Perguruan Tinggi juga mendorong agar kampus dapat melahirkan konsep dan temuan-temuan baru melalui riset yang berkualitas serta kemudian dipublikasikan agar mendapat respon sebagai upaya memperkuat bobot hasil penelitian tersebut.

Kampus tidak boleh menjadi “menara gading” ujar orang tua kita dulu sebagai peringatan kepada warganya agar mereka tidak boleh terpisah dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Para akademisi yang sudah dilatih dan ditempa dengan berbagai kemampuan berpikir secara keilmuan harus berada di garda depan untuk memberikan solusi terhadap berbagai masalah yang menimpa dan dihadapi oleh bangsa ini. Mereka tidak boleh berdiam diri jika menyaksikan adanya praktek ketidakadilan yang terjadi di sekitarnya.

Tentu saja uraian kekhawatiran di atas dapat dibantah dengan gaya seorang pemikir cerdas bahwa menggunakan baju seragam tidak akan mengganggu pelaksanaan tugas dan fungsi mereka sebagai pendidik. Akan tetapi yang perlu diingatkan adalah agar jangan sampai penilaian kinerja sebagai dosen lebih mengutamakan kedisiplinan mereka dalam memakai baju seragam dan atribut tanda pengenal serta memajang fotonya tersebut di media sosial –selamat memakai baju baru.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال