![]() |
Minyak jelantah kini dikembangkan untuk bisa dijadikan avtur – Foto Net |
BORNEOTTREND.COM, JAKARTA - Pertamina melalui dua anak usahanya, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) dan PT Pertamina Patra Niaga, memperkuat komitmen transisi energi dengan memperluas proyek Used Cooking Oil to Sustainable Aviation Fuel (USAF) — produksi avtur berbasis minyak jelantah. Proyek ini ditargetkan memasuki tahap uji coba komersial pada kuartal III 2025, menjadikan Pertamina pionir bahan bakar penerbangan berkelanjutan di Indonesia.
Project USAF menjadi wujud nyata komitmen Pertamina dalam menjaga ketahanan energi nasional sekaligus mendorong pengembangan energi rendah karbon yang berkelanjutan.
Sebagai langkah memperkuat komitmen, Pertamina tengah mempersiapkan ekspansi dan replikasi Project USAF yang telah dikembangkan di Kilang Cilacap untuk dilanjutkan ke Kilang Dumai dan Kilang Balongan. Komitmen tersebut ditandai dengan penandatanganan pengembangan Project USAF.
Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman menyampaikan bahwa Project USAF (Used Cooking Oil to Sustainable Aviation Fuel) merupakan inisiatif yang sangat relevan dalam mendorong pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan. Proyek ini semakin kuat dengan adanya Peraturan Menteri ESDM Nomor 4 Tahun 2025, serta sejalan dengan roadmap Kemenko Marves yang mempercepat implementasi SAF dari 2027 menjadi 2026. Dalam inisiatif ini, KPI akan mengolah minyak jelantah menjadi avtur, sementara Patra Niaga akan membuka peluang pemanfaatannya secara lebih luas dan komersial.
"Sebagai bagian dari Pertamina Group, KPI memiliki mandat besar dalam mendukung agenda tersebut. Project USAF ini adalah bukti nyata bahwa kami berkomitmen untuk tidak hanya menjaga ketahanan energi nasional, tetapi juga mengembangkan portofolio energi rendah karbon yang berkelanjutan," ujar Taufik dalam keterangan tertulis, Selasa (27/5/2025).
Pada 2024, KPI mencanangkan Project USAF (UCO to SAF) sebagai langkah penting menuju komersialisasi bahan bakar pesawat berbahan dasar limbah minyak jelantah yang telah tersertifikasi keberlanjutan. Sejumlah kegiatan telah dilakukan, seperti pengembangan teknologi katalis bersama Pertamina Technology Innovation, produksi katalis oleh PT Katalis Sinergi Indonesia, serta proses sertifikasi keberlanjutan ISCC EU dan CORSIA. Pada momen Turn Around Januari 2025, KPI telah melakukan pergantian katalis USAF di Kilang RU IV, yang menandai kesiapan uji komersial produksi SAF tersertifikasi berbahan dasar minyak jelantah di awal kuartal ketiga tahun 2025.
Visi untuk menjadi produsen pertama SAF bersertifikasi dan berbahan baku minyak jelantah di Indonesia ini diperkuat dengan dukungan ekosistem hulu-hilir yang solid dalam Pertamina Group. Ekosistem tersebut melibatkan sejumlah subholding, antara lain Pertamina Patra Niaga, Pelita Air, dan Pertamina Persero sebagai koordinator proyek.
Sebagai bentuk komitmen terhadap pengembangan Project USAF, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) siap memperluas inisiatif ini ke kilang lainnya, yakni Kilang Dumai dan Kilang Balongan. Langkah ini diambil untuk meningkatkan kapasitas serta kapabilitas produksi Sustainable Aviation Fuel (SAF), sekaligus memulai tahapan uji coba komersial.
Taufik Aditiyawarman menjelaskan, Project USAF tidak hanya berfokus pada produksi bahan bakar berkelanjutan, melainkan juga menjadi bagian dari cetak biru besar ekosistem sirkular SAF. Proyek ini dirancang membentuk rantai pasok yang kokoh dengan melibatkan berbagai pihak, seperti pengumpul minyak jelantah (UCO), transporter, hingga off-taker termasuk maskapai penerbangan dan BUMN di sektor aviasi.
"Dan pada tahun 2028, kami berharap dapat menyaksikan startup Green Refinery Project di Cilacap, dengan kapasitas 6 MBSD, mengolah feedstock dari UCO, POME, dan lainnya. Ini akan menjadikan Pertamina sebagai pelopor energi hijau," pungkasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra menyampaikan bahwa kolaborasi antara KPI dan PT Pertamina Patra Niaga dalam mengembangkan Project USAF merupakan langkah bersejarah, tidak hanya bagi Pertamina tetapi juga bagi Indonesia. Inisiatif ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya kemandirian energi nasional.
Sebagai wujud nyata dukungan terhadap implementasi Project USAF, PT Pertamina Patra Niaga telah menyiapkan alat pengumpul minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO) di sepuluh SPBU di wilayah Jakarta. Inisiatif ini juga melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pengumpulan UCO sebagai bahan baku utama SAF. Mars Ega mengungkapkan, antusiasme masyarakat sangat tinggi, dengan banyak warga secara sukarela menyetorkan minyak jelantah yang mereka miliki demi mendukung transisi energi berkelanjutan.
"Alat ini masih dalam skala piloting, tapi sampai hari ini sudah tercatat sedikitnya 6.042 orang yang secara sukarela menyetorkan UCO di alat-alat yang tersebar di sepuluh SPBU di Jakarta," ujar Mars Ega.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri menyampaikan apresiasi kepada manajemen dan seluruh jajaran Pertamina atas penandatanganan komitmen pengembangan Used Cooking Oil (UCO) to Sustainable Aviation Fuel (SAF). Menurut Simon, Project USAF menjadi jawaban atas tantangan global dalam menjaga ketahanan energi, memastikan harga terjangkau bagi masyarakat, sekaligus mendukung keberlanjutan lingkungan.
Namun, Simon juga mengingatkan bahwa proyek ini tidak boleh berhenti hanya pada seremoni penandatanganan. Ia menegaskan bahwa pengembangan USAF yang telah dijalankan Pertamina selama ini harus segera terealisasi dan memberikan dampak positif bagi berbagai pihak.
"Ini adalah prestasi yang sudah diukir Pertamina, kita harus wujudkan sampai terimplementasi dengan baik. Kita juga harus saling berkolaborasi satu sama lain, agar Pertamina terus menjadi yang terdepan dalam menyediakan energi yang baik bagi negeri ini," ujar Simon.
Acara penandatanganan komitmen pengembangan Project USAF juga dihadiri oleh Komisaris Utama Pertamina, Mochamad Iriawan. Ia menegaskan bahwa transisi energi saat ini bukan lagi pilihan, melainkan sebuah kebutuhan strategis. Apalagi dengan target Indonesia mencapai Net Zero Emission pada 2060, proyek Used Cooking Oil to Sustainable Aviation Fuel (USAF) atau avtur berbahan minyak jelantah ini mendapatkan sambutan positif dari Mochamad Iriawan.
Menurutnya, SAF bukan sekadar proyek biasa, tapi sebuah misi besar untuk membangun ekosistem energi baru yang ramah lingkungan. Oleh karena itu, ia mendorong Pertamina Group untuk memperkuat kolaborasi internal antar subholding dan memperluas kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, maskapai penerbangan, lembaga riset, penyedia bahan baku, hingga mitra internasional.
"SAF harus menjadi solusi yang berkelanjutan secara menyeluruh dan pastikan Pertamina Group menjadi pemimpin utama di bisnis SAF, baik sebagai produsen utama maupun market leader dalam pasar domestik dan global. Proyek ini harus diimplementasikan secara terarah dan konsisten sesuai target yang telah ditetapkan," pungkas Mochamad Iriawan.
Sebagai informasi, KPI adalah anak perusahaan Pertamina, fokus menjalankan bisnis pengolahan minyak dan petrokimia yang berlandaskan prinsip ESG (Environment, Social & Governance). Perusahaan ini juga telah terdaftar di United Nations Global Compact (UNGC) dan berkomitmen menjalankan Sepuluh Prinsip Universal atau Ten Principles dari UNGC dalam setiap strategi operasionalnya sebagai bagian dari penerapan ESG.
KPI terus berkomitmen menjalankan bisnis secara profesional dengan visi menjadi Perusahaan Kilang Minyak dan Petrokimia kelas dunia yang mengedepankan kepedulian lingkungan, tanggung jawab sosial, serta tata kelola perusahaan yang transparan dan baik.
Sumber: detik.com