![]() |
MELEMAH: Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat – Foto Antara |
BORNEOTREND.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah kembali tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (15/5/2025), seiring efek dari hasil negosiasi dagang antara AS dan China yang mendorong penguatan dolar. Sentimen global dan pelemahan ekonomi domestik turut memperbesar tekanan terhadap rupiah.
Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, menjelaskan bahwa penguatan dolar AS terjadi karena pasar merespons positif kesepakatan terbaru antara Amerika Serikat dan China yang menurunkan tarif impor barang dari Negeri Tirai Bambu.
“Ini masih efek dari hasil negosiasi AS dan China yang berhasil. Tarif barang dari China ditekan, harga barang konsumsi di AS turun, dan ekonomi AS terbantu—sehingga dolar AS menguat,” ujar Ariston di Jakarta, Kamis (15/5/2025).
Sebelumnya, pada Rabu (14/5/2025), dolar AS sempat melemah karena kekhawatiran pasar bahwa kenaikan tarif terhadap produk China akan menekan daya beli masyarakat AS. Namun, setelah negosiasi menghasilkan kesepakatan penurunan tarif, persepsi pasar pun berbalik.
“Indeks dolar AS pagi ini menunjukkan tren penguatan. Mata uang regional, termasuk rupiah, terlihat melemah terhadap dolar AS,” tambah Ariston.
Dari sisi domestik, Ariston menyoroti bahwa pelemahan ekonomi Indonesia juga menjadi beban tambahan bagi rupiah. Tingginya angka pemutusan hubungan kerja (PHK) pada kuartal pertama serta pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang sulit menembus 5 persen, disebut sebagai indikator lemahnya konsumsi masyarakat.
“Potensi tekanan pelemahan rupiah hari ini ke arah Rp 16.680 per dolar AS, dengan support di sekitar Rp 16.500,” jelasnya.
Meski demikian, rupiah sempat dibuka menguat tipis pada perdagangan Kamis pagi, naik 1 poin atau 0,01 persen menjadi Rp 16.561 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp 16.562.
Sumber: Antara