Nasrullah Prihatin Hadirnya Produk Sampah Jurnalistik di Batola

Nasrullah
(Foto: FB)

BORNEOTREND.COM - Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, media online atau surat kabar online pun kini tumbuh subur. Namun sayangnya kemunculan media online tersebut juga banyak menyampaikan informasi yang tidak akurat. Tidak akurat dari segi isi berita maupun sisi penulisan yang tidak memenuhi kaidah bahasa baku maupun aspek etika jurnalistik lainnya. 

Persoalan hadirnya media online yang terkesan asal-asalan dalam membuat berita tersebut ternyata menjadi keprihatinan salah seorang warga Kabupaten Barito Kuala yang juga berprofesi sebagai dosen/antropolog di FKIP ULM, Nasrullah. 

"Akhir-akhir ini berita tentang Barito Kuala diisi oleh sampah jurnalistik. Alih-alih berfungsi edukasi juga tidak mencerdaskan," ujar Nasrullah yang saat ini sedang menempuh pendidikan jenjang S-3 Antropologi UGM.

Ia menyatakan pernyataan keprihatinannya itu tidak ditujukan pada kawan-kawan jurnalis media apa saja yang memang mencari berita ke lapangan, mewawancarai narasumber yang berkompeten. Tulisannya juga disaring melalui redaktur sebelum dipublikasikan.

Rasa prihatin Nasrullah itu juga ditambah karena pernah menempuh pendidikan jurnalistik baik pelatihan, perkuliahan, hingga pernah menjadi jurnalis. 

"Berita-berita yang menurut saya itu produk sampah jurnalistik, justru akhir-akhir ini beredar melalui media online," ujarnya. 

Menurut Nasrullah memang hukum alam akan menyaring media mana yang bertahan dan masih banyak jurnalis menghasilkan berita berkualitas.

"Tapi bagaimana nasib pembaca berita tentang Batola yang berasal dari Batola terutama dari kalangan masyarakat awam? Boleh jadi mereka menganggap seperti itulah produk jurnalistik, padahal mereka mengonsumsi sampah berita," ujar Nasrullah, sembari menyatakan tidak bisa dibiarkan berita tentang Barito Kuala diisi oleh pemberitaan tidak berkualitas dan tersesat dari kaidah jurnalistik. 

Dari pengamatannya, bisa dilihat ciri-ciri berita tersebut adalah:

1. Penulisan berita bertabur kesalahan ketik dimana-mana, 2. Surplus pengulangan kata sambung, 3. Penulisan nama orang, tempat, kota secara sembarangan mengabaikan ketentuan huruf kapital dan huruf kecil, 4. Tidak jelas menggunakan tanda kutip atau tanda baca sebagai pernyataan narasumber, atau kalimat pernyataan dari penulis berita, dan 5. Metafora memenuhi tubuh berita untuk menambah jumlah kalimat yang saya yakin jurnalis aliran jurnalisme sastrawi akan berduka membacanya.   

Menurutnya, masyarakat Barito Kuala harus menikmati berita berkualitas yang tidak hanya bersumber dari media online, juga media cetak, audio dan audio visual. 

"Saya mengajak kawan-kawan akademisi, organisasi jurnalis bekerja sama dengan pemerintah Kabupaten Barito Kuala melalui instansi terkait bahu-membahu mensosialisasikan berita yang menarik dibaca, mencerdaskan pembaca, dan layak disebarkan ke berbagai grup media sosial," harap putra asal Kecamatan Kuripan ini.

Editor: Khairiadi Asa

Lebih baru Lebih lama
Pilkada-Kota-BJB

نموذج الاتصال