Media Asing Ramai-ramai Soroti Krisis Lapangan Kerja Bagi Gen Z Indonesia

CARI KERJA: Generasi muda Indonesia ramai-ramai mencari kerja – Foto Net


BORNEOTREND.COM, JAKARTA - Sejumlah media internasional menyoroti meningkatnya krisis ketenagakerjaan di kalangan muda-mudi Indonesia. Generasi Z yang baru lulus kuliah menghadapi tantangan besar dalam mencari pekerjaan yang layak, di tengah perlambatan ekonomi domestik dan tekanan global.

Media negara tetangga seperti Channel News Asia (CNA) dari Singapura hingga media Timur Tengah, Al Jazeera, melaporkan mirisnya situasi para generasi Z ini di tengah gempuran ekonomi.

Dalam artikel berjudul "Indonesia has 44 million youths. It's struggling to get them jobs," Al Jazeera mewartakan Gen Z Republik Indonesia (RI) ditampar kenyataan pahit selepas mereka merampungkan kuliah.

Andreas Hutapea, salah satunya, yang tak pernah menyangka ia akan terus ditolak kerja berapa pun banyaknya ia mencoba melamar ke perusahaan. Andreas adalah sarjana hukum yang telah lulus dua tahun lalu.

"Hutapea tidak sendiri mengalami kesulitan mencari pekerjaan yang stabil dan bergaji tinggi. Indonesia punya salah satu tingkat pengangguran muda-mudi tertinggi di Asia," demikian laporan Al Jazeera.

Al Jazeera menggarisbawahi jumlah pengangguran warga usia 15-24 tahun di Indonesia yang mencapai 16 persen dari total populasinya, yang sebesar 44 juta lebih.

Jumlah ini, sebut Al Jazeera, lebih dari dua kali lipat tingkat pengangguran muda-mudi di Thailand dan Vietnam selaku negara tetangga RI.

"Dalam survei yang dirilis ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura pada Januari, pemuda-pemudi Indonesia cenderung menyuarakan pesimistis yang lebih tinggi soal ekonomi dan pemerintah dibandingkan pemuda di Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Vietnam," demikian laporan Al Jazeera.

CNA, dalam artikel bertajuk "'Didn't expect to struggle like this': Indonesian workers in a bind as budget cuts, global headwinds bite", juga mewartawakan keprihatinan serupa.

CNA menyuarakan keluhan Marsha Dita (22), pemudi RI yang telah lulus kuliah pada September 2024 namun tak kunjung mendapat kerja meskipun sudah melamar ke lebih dari 100 lowongan.

"Saya sedikit tak menduga akan berjuang seperti ini," kata Marsha, yang dikutip oleh CNA.

"Saya sengaja mendaftar kuliah dan mendapat gelar sarjana agar bisa bekerja, tapi ternyata mendapatkan gelar sarjana saja tidak menjamin apa pun," ucapnya, ketika datang ke sebuah job fair di Jakarta Selatan.

CNA menekankan acara job fair seperti ini marak diadakan di Indonesia, dan telah menjadi perhatian terutama setelah insiden chaos di Bekasi pada 27 Mei lalu.

Insiden ini, rangkum CNA, memperlihatkan bagaimana jutaan orang di Indonesia berjuang mencari pekerjaan di tengah perang dagang global dan ekonomi domestik yang lesu.

"Ada 7,28 juta orang usia kerja yang menganggur di Indonesia per Februari 2025, jumlah ini meningkat 83 ribu jiwa jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu, menurut badan pusat statistik RI," demikian laporan CNA.

CNA juga menyoroti angka pengangguran di Indonesia yang meliputi pemuda yang belum diterima kerja hingga mereka yang sudah bekerja namun terkena badai pemutusan hubungan kerja (PHK).

Kondisi ini menyebabkan sebagian muda-mudi RI akhirnya memutuskan untuk bekerja di sektor informal, meskipun tak mendapat gaji bulanan yang stabil, asuransi kesehatan, dan manfaat-manfaat lainnya.

Media Singapura lainnya, Mothership, turut memberitakan peristiwa di mana banyak sarjana RI berakhir bekerja sebagai pasukan oranye karena sulitnya mendapat kerja.

Per April, sekitar 8.000 orang tercatat telah melamar untuk posisi petugas sanitasi dari 1.100 posisi yang dibuka.

"Bagi banyak warga Jakarta yang bekerja di sektor informal tanpa gaji layak dan asuransi, keamanan bekerja yang disediakan oleh peran sanitasi mungkin lebih disukai dibandingkan peran yang mungkin sesuai dengan kualifikasi mereka," demikian lapor Mothership.

Media Australia, ABC Net, juga termasuk di antara media asing yang miris dengan kondisi pemuda-pemudi di Indonesia.

ABC Net dalam artikel berjudul "Fury over budget cuts, lack of opportunity sparks debate over 'escaping' Indonesia" menyebut pengangguran di Indonesia adalah problem besar yang sedang dialami RI.

ABC Net lantas menyoroti Demografer Universitas Melbourne Ariane Utomo yang menyebut bahwa prospek pekerjaan bagi usia dewasa muda di RI masih "suram".

"Pasar kerja menjadi semakin tidak menentu sehingga semakin sulit bagi pemuda untuk mendapatkan pekerjaan yang memungkinkan mobilitas ke atas dan membangun karier yang bermakna," kata Utomo, seperti dikutip ABC Net.

Sumber: cnnindonesia.com

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال