![]() |
Wagub Kaltim Seno Aji menyambut Menteri Sosial Syaifullah Yusuf dan Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf di Samarinda. Foto-dok. Istimewa |
BORNEOTREND.COM, KALTIM - Wakil Gubernur Kalimantan Timur H. Seno Aji menyambut hangat kedatangan Menteri Sosial RI Syaifullah Yusuf dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf di Bandara APT Pranoto, Samarinda, Sabtu (10/5).
Keduanya datang dalam rangka menghadiri pelantikan dan Rapat Kerja Nasional Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama yang digelar di Pendopo Odah Etam, Kompleks Kantor Gubernur Kaltim.
Dengan mengenakan batik khas Kalimantan, Seno Aji menyambut para tamu kehormatan di VIP Room bandara. Di momen penuh simbolik itu, Seno mengalungkan selendang manik khas Dayak sebagai lambang penghormatan dan keramahan adat lokal.
"Selamat datang di Samarinda, Pak Menteri, Gus Yahya. Senang rasanya bisa menyambut langsung tamu-tamu kehormatan di tanah Benua Etam," ujar Seno Aji.
Seno menyampaikan pentingnya sinergi antara pemerintah daerah dan organisasi keagamaan. Ia menegaskan, NU bukan sekadar mitra strategis, tapi juga bagian dari denyut sosial yang mengakar kuat di masyarakat Kaltim.
"Kolaborasi pemerintah dengan NU sangat baik sejak awal. Mereka dekat dengan kami, dan kami punya komitmen kuat untuk membesarkan Nahdlatul Ulama, khususnya Muslimat NU," tegasnya.
Menurut Seno, peran Muslimat NU tidak hanya terbatas pada kegiatan religius. Anggotanya, yang didominasi oleh perempuan, aktif di berbagai sektor strategis seperti pendidikan, pertanian, pemerintahan, bahkan pengembangan UMKM.
"Banyak ibu-ibu Muslimat yang berkarier di pemerintahan, di kampus sebagai sivitas akademika, dan juga aktif di bidang pertanian serta UMKM. Maka wajar jika kami pemerintah ikut serta membina dan mendukung semua program mereka," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf dalam pidatonya menekankan pentingnya peran Muslimat NU dalam membangun kualitas perempuan dan ketahanan keluarga.
Ia menyebut, organisasi yang didirikan sejak 1946 itu lahir dari aspirasi untuk membebaskan perempuan dari batasan dalam mengakses pendidikan dan pengembangan diri.
"Kita punya prinsip bahwa menuntut ilmu, mengembangkan kapasitas diri itu wajib bagi laki-laki maupun perempuan. Maka perempuan tidak boleh dibatasi dalam mengembangkan kapasitas dirinya, karena itu bagian dari kewajiban dirinya kepada Tuhan," ujar pria yang akrab disapa Gus Yahya.
Ia menambahkan bahwa banyak anggota Muslimat NU yang saat ini telah menjadi profesor, akademisi, bahkan pemimpin komunitas, menunjukkan bahwa kompetensi perempuan NU sangat beragam dan diperlukan bangsa.
Lebih jauh, Gus Yahya mengingatkan pentingnya menjaga khitmah (pengabdian) dalam NU agar tetap berakar pada visi dan nilai para pendiri organisasi tersebut.
"Apa pun yang kita lakukan dalam khidmat kepada NU, tidak boleh keluar dari visi pendiri NU. Kita ini pemegang struktur jam’iyah, bertanggung jawab memberikan pelayanan kepada jamaah. Pelayanan itu bisa berupa kesehatan, pendidikan, hingga ketahanan keluarga," katanya.
Di akhir pidatonya, Gus Yahya menitip pesan khusus kepada Muslimat NU untuk terus membangun keluarga yang tangguh, sebagai pondasi masyarakat yang lebih berdaya dan bermartabat.
"Saya meminta kepada Muslimat NU bagaimana membangun keluarga tangguh untuk masa depan yang mulia bagi seluruh umat manusia. Ini adalah panggilan sejarah yang tak boleh kita abaikan," pungkasnya.
Penulis: Agustina