![]() |
JABAT TANGAN: Presiden AS Donald Trump berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping- Foto detik.com |
BORNEOTREND.COM, JAKARTA - Ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat (AS) menunjukkan tanda-tanda mereda setelah masing-masing negara mulai melonggarkan kebijakan tarif yang selama ini menjadi sumber gesekan ekonomi.
Mengutip laporan Reuters, Rabu (30/4/2025), dua sumber internal mengungkapkan bahwa pemerintah China telah mulai menyusun daftar pengecualian terhadap tarif tinggi 125% untuk beberapa produk penting asal AS. Produk-produk yang mendapat keringanan tarif antara lain obat-obatan tertentu, microchip, mesin pesawat terbang, dan etana, yang selama ini sangat dibutuhkan oleh industri domestik China.
Langkah ini disebut sebagai respons strategis untuk mengurangi dampak ekonomi dari perang dagang, tanpa harus melemahkan posisi diplomatik di hadapan publik. Pemerintah China bahkan meminta perusahaan lokal mengusulkan daftar produk yang sebaiknya dibebaskan dari bea masuk tinggi.
Salah satu perusahaan farmasi yang berbasis di Shanghai, misalnya, mengonfirmasi telah dihubungi pemerintah terkait pengecualian tarif untuk produk mereka yang mengandalkan teknologi AS.
Secara terpisah, impor etana dari AS juga dikecualikan dari tarif karena pasokan utama etana di China berasal dari AS. Tanpa keringanan ini, industri petrokimia nasional terancam mengalami kekurangan bahan baku.
Sementara itu, dari sisi AS, Presiden Donald Trump sebelumnya juga mengumumkan pembebasan tarif untuk sejumlah produk elektronik dari China. Langkah ini mencakup smartphone, komputer, semikonduktor, dan barang elektronik lainnya yang sangat penting bagi rantai pasok perusahaan teknologi AS seperti Apple dan Dell.
Berdasarkan daftar yang diterbitkan U.S. Customs and Border Protection (CBP) pada pertengahan April 2025, terdapat 20 kategori barang yang dibebaskan dari tarif 125% dan sebagian dari tarif dasar 10%. Produk-produk tersebut mencakup komponen komputer (kode HS 8471), chip memori, panel datar, dan peralatan pemrosesan data.
Kebijakan ini berlaku surut sejak 5 April 2025, dan diharapkan mampu menekan biaya produksi bagi sektor teknologi AS, termasuk untuk iPhone buatan India dan chip dari Taiwan, yang sebelumnya juga terdampak.
Langkah saling longgar ini mengindikasikan adanya potensi negosiasi lanjutan antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia. Meski belum ada pernyataan resmi bersama, arah kebijakan kedua negara tampak mengarah ke peredaan konflik perdagangan yang telah berlangsung sejak 2018.
Sumber: detik.com