![]() |
DITARIK TONGKANG: Komoditas batu bara di Kalsel masih menjadi primadona ekspor dan sektor utama pertumbuhan ekonomi daerah - Foto Dok Nett |
BORNEOTREND.COM, KALSEL- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) mencatat, nilai ekspor Kalsel pada Juni 2025 mencapai US$ 727,76 juta atau turun 11,54 persen dibanding ekspor Mei 2025 senilai US$ 822,66 juta. Jika dibandingkan dengan Juni 2024 yang sebesar US$ 893,14 juta, nilai ekspor Juni 2025 turun sebesar 18,52 persen.
Nilai ekspor Kalsel Januari–Juni 2025 mencapai US$ 4.784,86 juta atau turun 17,16 persen dibanding ekspor Januari–Juni 2024 yang senilai US$ 5.776,32 juta. Ada pun lima komoditas ekspor terbesar Juni 2025 di Kalsel antara lain bahan bakar mineral senilai US$ 534,17 juta (73,40 persen), lemak dan minyak hewani/ nabati senilai US$ 158,75 juta (21,81 persen), karet dan barang dari karet senilai, US$ 14,31 juta (1,97 persen), kayu dan barang dari kayu senilai US$ 11,68 juta (1,60 persen) dan berbagai produk kimia senilai US$ 6,06 juta (0,83 persen).
Ada pun lima negara tujuan barang ekspor terbesar di Juni 2025 adalah Tiongkok sebesar US$ 182,10 juta (25,02 persen), India sebesar US$ 115,84 juta (15,92 persen), Malaysia sebesar US$ 80,25 juta (11,03 persen), Korea Selatan sebesar US$ 57,71 juta (7,93 persen), dan Jepang sebesar US$ 45,21 juta (6,21 persen).
Sedangkan jika melihat data BPS Kalsel terhadap perekonomian Kalsel, ekonomi Kalsel triwulan II-2025 dibanding triwulan II-2024 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 5,39 persen. Dari 17 lapangan usaha, 15 diantaranya mengalami pertumbuhan positif dan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Industri Pengolahan sebesar 9,97 persen, Jasa Lainnya sebesar 8,76 persen dan Informasi dan Komunikasi sebesar 8,74 persen. Di sisi lain 2 lapangan usaha, yaitu Pertambangan dan Penggalian serta Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib mencatatkan pertumbuhan negatif di triwulan ini.
Struktur PDRB Kalsel menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku triwulan II-2025 masih didominasi oleh Pertambangan dan Penggalian sebesar 27,05 persen, Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 12,81 persen dan Industri Pengolahan sebesar 11,53 persen. Peranan ketiga lapangan usaha tersebut dalam perekonomian Kalsel mencapai 51,40 persen.
Jika melihat data ini kita tentunya dapat menyimpulkan, hingga saat ini harus diakui dominasi ekspor terbesar di Kalsel adalah dari bahan bakar mineral, yaitu komoditas batu bara.
Selain itu jika melihat Pertambangan dan Penggalian serta Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib yang mencatatkan pertumbuhan negatif di realisasi pertumbuhan ekonomi Kalsel pada triwulan II tahun 2025, yang merupakan imbas dari kebijakan China dan India memangkas pengiriman batu bara dari Indonesia yang digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik. Maka kita juga bisa melihat betapa rentannya sektor komoditas pertambangan ini untuk keberlanjutan ekonomi di Kalsel kedepannya.
![]() |
WAWANCARA: Pengamat Ekonomi ULM Hendra, S.E., M.E - Foto Dok Istimewa |
Melihat kenyataan tersebut, Pengamat Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Hendra, S.E., M.E. berharap sudah ada upaya serius dalam mendorong sektor pertambangan, utamanya komoditas batu bara, dalam rangka program hilirisasi.
“Kalau kita terus-terusan menjual komoditas mentahnya saja, maka selain harganya yang sangat tergantung dengan pasar global, kita juga tidak akan banyak mendapatkan nilai ekonomis dari batu bara ini,” ujar dosen Ilmu Studi Ekonomi Pembangunan (IESP) dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ULM Banjarmasin tersebut.
Dijelaskannya hingga saat ini dilihatnya belum ada pihak-pihak yang serius, baik Pemerintah Daerah (Pemda) maupun swasta yang ingin mendorong batu bara di Kalsel diolah menjadi produk bernilai jual tinggi.
“Ada memang beberapa sektor swasta yang mulai melakukannya, tapi karena tidak didukung dengan baik oleh Pemerintah hulu hingga hilirnya menjadi tidak terlalu menggembirakan progresnya. Padahal harus diakui kita sudah sangat terlambat dalam hal hilirisasi komoditas batu bara ini,” tegasnya lagi.
Baginya sendiri hilirisasi merupakan sebuah yang mutlak untuk memastikan komoditas batu bara di Kalsel dapat benar-benar dirasakan manfaatnya secara luas oleh masyarakat.
“Dengan komoditas batu bara diolah menjadi berbagai produk bernilai tinggi, misalnya bricket salah satunya, banyak efek domino yang akan terjadi. Pertama kita bisa jual dengan harga yang lebih mahal, lapangan kerja akan meningkat lagi dan yang tidak kalah penting Pemerintah Daerah berpotensi mendapatkan retribusi hingga pajak yang lebih besar untuk membangun infrastruktur dan memberikan pelayanan publik yang lebih luas bagi Masyarakat,” jelas Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Banjarmasin itu.
Kemudian yang tidak kalah penting harusnya mulai sekarang hasil retribusi dan pajak dari komoditas pertambangan, utamanya batu bara, sudah mulai disisihkan sebagian untuk membangun infrastruktur di sektor ekonomi baru yang akan digadang-gadang menggantikan sektor pertambangan di masa depan.
“Misalnya mulai berinvestasi ke sektor pariwisata hingga ekonomi kreatif yang digadang punya prospek menjanjikan kedepannya. Bisa juga penguatan di sektor pertanian dan perkebunan supaya jika suatu saat sektor pertambangan benar-benar meredup, Kalsel bisa segera beradaptasi,” bebernya.
Dengan seriusnya Pemda dalam melakukan hilirisasi batu bara dan menyisihkan sebagian pendapatan dari sektor batu bara untuk sektor yang lebih berkelanjutan dan potensial di masa depan, dirinya pun optimis Kalsel kedepannya dapat beradaptasi jika suatu saat sektor pertambangan mengalami kemunduran.
“Tapi kalau tidak dilakukan dan menganggap enteng, di masa depan mungkin saja kutukan pertambangan di Kalsel bisa terjadi. Ekonomi kita di Kalsel bisa lumpuh dan nasibnya sama dengan negara-negara yang pernah menggantungkan ekonomi utamanya dengan sektor pertambangan,” pungkas mantan aktivis mahasiswa tersebut.
![]() |
WAWANCARA: Pengurus KADIN Kalsel H Deddy Subiantoro - Foto Dok Istimewa |
Tidak berbeda, Pengurus Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Provinsi Kalsel H Deddy Subiantoro juga menyebut, bahwa Provinsi Kalsel harus mulai memikirkan sektor alternatif selain pertambangan dalam membangun ekonomi daerahnya.
“Kita ini masih besar ketergantungannya terhadap sektor tambang, ini tentu akan sangat jadi masalah kedepannya kalau kita tidak mempersiapkan alternatifnya mulai sekarang,” terangnya.
Dilihatnya sebenarnya di Provinsi Kalsel banyak sekali sektor-sektor potensial yang bisa dikembangkan dan lebih baik dari sektor petambangan, misalnya sektor pariwisata dan pertanian.
“Tapi agar dua sektor ini berkembang, ya tentu harus didukung dengan anggaran pendanaan yang cukup. Tidak hanya itu, regulasi juga harus di buat menjadi mudah dan murah, supaya banyak investor yang tertarik masuk ke sektor ini. Sebab kalau hanya Pemda sendiri tidak akan kuat membangunnya,” tegasnya.
Dirinya pun dalam kesempatan ini juga sepakat dan ikut mengingatkan sekali lagi bahwa kutukan sektor pertambangan akan benar-benar terjadi di masa depan jika Provinsi Kalsel tidak berbenah mulai sekarang.
“Jangan sampai setelah sektor pertambangannya runtuh, baru berpikir mencari sektor alternatif. Kami dari KADIN siap ikut membantu Pemerintah untuk menciptakan tumbuhnya sektor-sektor alternatif sehingga kedepannya ekonomi daerah tidak bergantung sepenuhnya pada sektor pertambangan,” pungkasnya.
Upaya Pemda dan Sektor Swasta Hadirkan Sektor Alternatif dan Lakukan Hilirisasi Batu Bara
![]() |
WISATA BARU: Kalsel Park – Mandiangin diharapkan bisa menjadi salah satu destenasi pendongkrak sektor pariwisata di Banua - Foto Dok Nett |
Walau dianggap sebagian orang belum terlihat serius dalam mendorong Provinsi Kalsel jauh dari kutukan sektor pertambangan di masa depan, Pemda dan swasta terus berupaya melakukan sejumlah upaya konkrit.
Salah satunya belum lama tadi adalah upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalsel dalam menggandeng sektor swasta, yaitu PT Shafwah Global Utama, dalam rangka menghadirkan destenasi wisata unggulan baru di dalam Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam, yaitu Kalsel Park – Mandiangin.
Kehadiran Kalsel Park – Mandiangin sendiri diharapkan bisa menjadi tonggak penting dalam perjalanan pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kalsel, sekaligus menandai komitmen pemerintah daerah dalam memajukan sektor pariwisata yang ramah lingkungan, inklusif, dan berorientasi jangka panjang.
Dengan memadukan keindahan alam dan fasilitas modern, Kalsel Park – Mandiangin dirancang sebagai destinasi wisata unggulan yang menawarkan berbagai pengalaman unik bagi wisatawan.
![]() |
SENYUM: Wakil Gubernur Kalsel H Hasnuryadi Sulaiman bersama isteri saat menikmati pemandangan alam di Kalsel Park – Mandiangin - Foto Dok Nett |
Dalam sambutannya, Wakil Gubernur Kalsel Hasnuryadi Sulaiman menyampaikan apresiasi dan penghargaan tinggi atas dukungan sektor swasta dalam mewujudkan pariwisata berbasis konservasi yang progresif di Provinsi Kalsel.
Selain itu dirinya juga berharap kehadiran Kalsel Park – Mandiangin dapat menjadi warisan positif bagi generasi mendatang, sekaligus ruang edukasi dan pelestarian lingkungan yang terus hidup dan berkembang.
“Mudah-mudahan ini menjadi warisan kita kepada generasi penerus bahwa kita pernah berbuat, bukan hanya membangun fasilitas, tetapi juga menjaga warisan alam Kalsel,” tegas Hasnur.
![]() |
SOSIALISASI: PT Borneo Indobara (PT BIB) menggelar sosialisasi penggunaan briket dan kompor berbahan bakar limbah batubara – Foto Dok Istimewa |
Sebelumnya, PT Borneo Indobara (PT BIB) sudah lebih dulu mendorong realisasi hilirisasi batu bara dengan cara melakukan sosialisasi penggunaan briket dan kompor berbahan bakar limbah batubara kepada masyarakat lingkar tambang di Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu).
Chief Operating Officer (COO) PT BIB Raden Untoro menyampaikan, pihaknya berupaya memanfaatkan limbah batu bara yang melimpah untuk menggantikan atau mensubtitusi penggunaan gas LPG.
“Langkah ini kita lakukan agar bagaimana pemakaian batu bara, baik batu bara dari reject maupun dari batu bara murni yang dikonversikan menjadi briket lalu pengembangannya dengan kompor yang ada. Kita harapkan, kita akan mandiri dengan energi yang ada di sekitar kita," jelas Raden.
Dalam kesempatan ini manajemn PT BIB berkomitmen untuk mengembangkan dan merealisasikan penggunaan briket batu bara ini di masyarakat.
Bahkan langkah selanjutnya PT BIB menggandeng tekMIRA untuk mengembangkan penggunaan briket batu bara ini karena tekMIRA dari ESDM khusus mengembangkan teknik batu bara.
“Dengan teknologi yang ada ke depan saya yakin akan maju pesat dan murah. Sebab ke depan LPG tidak akan lebih murah, yang pasti LPG akan tambah mahal karena impor,” tukas Raden.
Penulis: Arief Rahman