![]() |
INTERNET LASER: Para pekerja memasang perangkat internet berbasis laser di menara telekomunikasi – Foto Net |
BORNEOTREND.COM, JAKARTA - Setelah satelit menjadi game changer di sektor telekomunikasi global, kini muncul teknologi baru yang diklaim lebih unggul: internet berbasis laser. Startup Taara dari Alphabet memperkenalkan sistem ini sebagai alternatif super cepat dan efisien.
Internet berbasis satelit selama ini menjadi solusi revolusioner dalam menghadirkan konektivitas ke daerah terpencil yang sulit dijangkau infrastruktur darat. Popularitasnya melonjak sejak hadirnya Starlink, layanan internet satelit milik SpaceX yang dipimpin Elon Musk.
Namun, inovasi terbaru datang dari Taara, sebuah startup spin-off dari Alphabet (induk perusahaan Google), yang memperkenalkan sistem internet berbasis laser. Teknologi ini digadang-gadang lebih unggul dari satelit bahkan jaringan serat optik sekalipun.
Salah satu keunggulan utama internet laser adalah kecepatannya. Dengan teknologi yang disebut Lightbridges, Taara mampu memancarkan koneksi internet berkecepatan tinggi melalui sinar laser, tanpa memerlukan kabel atau penggalian yang mahal seperti pada sistem serat optik konvensional.
Berbeda dari infrastruktur fiber optik yang membutuhkan instalasi fisik dan waktu pengerjaan yang panjang, solusi dari Taara dapat dipasang dengan lebih cepat dan efisien. Sinyal laser dikirimkan dari satu titik ke titik lainnya melalui jalur udara, menjadikannya sangat ideal untuk wilayah yang sulit dijangkau atau memiliki tantangan geografis ekstrem.
Teknologi ini diharapkan menjadi terobosan baru dalam mendorong konektivitas global, terutama di negara-negara berkembang yang belum memiliki infrastruktur telekomunikasi yang memadai.
Lebih Cepat dari Starlink, Lebih Murah dari Serat Optik
Menurut Interesting Engineering, perangkat ini menggunakan berkas cahaya terfokus untuk mengirimkan data dengan kecepatan hingga 20 gigabit per detik (Gbps) dalam jarak 20 kilometer. Sistem ini dirancang untuk dipasang di atap atau tiang, dengan tetap menjaga garis pandang tanpa halangan, dikutip dari Indian Defence Review, Senin (28/7/2025).
Salah satu klaim Taara yang paling disorot adalah sistemnya dapat menghadirkan kecepatan data 10 hingga 100 kali lebih cepat daripada Starlink. Hal ini akan menjadi terobosan baru, terutama bagi masyarakat di daerah terpencil yang tertinggal dari infrastruktur broadband tradisional.
Namun, ini bukan hanya soal kecepatan. Taara juga berjanji untuk melakukan semua ini dengan biaya yang jauh lebih rendah daripada kabel serat optik, yang mahal dan rumit untuk dipasang.
Sistem ini sangat cocok untuk lokasi-lokasi dengan geografis menantang. Misalnya lokasi yang melintasi sungai, lembah, atau di antara gedung-gedung tinggi, sehingga pemasangan kabel tidak praktis atau mustahil.
Teknologi Taara telah diuji di wilayah seperti Kinshasa, Kongo; serta Nairobi, Kenya. Keduanya sudah lama mengalami tantangan dalam pembangunan infrastruktur pita lebar. Hasilnya memuaskan. Internet berkecepatan tinggi dan stabil mampu tersedia di saat solusi lain masih sulit menjangkau wilayah tersebut.
Internet Berubah Total
Ke depan, Taara berencana untuk mengekspansi teknologinya agar lebih mudah diakses. Pada 2026 mendatang, perusahaan berencana merilis versi miniatur sistem Lightbridge-nya, dalam bentuk chip seukuran ujung jari.
Terobosan ini dapat membuat internet Taara ini makin mudah diterapkan, menghadirkan internet cepat ke tempat-tempat yang mungkin tidak membutuhkan sistem skala penuh. Chip ini akan beroperasi menggunakan bagian spektrum elektromagnetik yang terletak di antara inframerah dan cahaya tampak, tetap menawarkan kecepatan 20 Gbps pada jarak hingga 20 kilometer.
Versi baru teknologi ini menandai lompatan besar dari sistem Taara saat ini, yang mengandalkan dudukan dan optik yang lebih besar. Dengan menciptakan solusi plug-and-play, Taara dapat membuka peluang bagi pengguna perumahan dan komersial, menghilangkan kebutuhan akan infrastruktur yang rumit dan menawarkan kemungkinan peluncuran internet yang cepat.
Meskipun Starlink dan layanan internet satelit lainnya sering dianggap sebagai solusi untuk daerah terpencil, Taara justru sedang mengukir ceruk pasarnya sendiri.
Alih-alih menyediakan jangkauan global, Taara berfokus pada solusi last-mile, yakni daerah yang membutuhkan internet berkecepatan tinggi tetapi infrastruktur tradisionalnya terlalu mahal atau sulit diimplementasikan. Sistem perusahaan ini ideal untuk komunitas kecil, tempat acara, dan kawasan industri.
Mahesh Krishnaswamy, pendiri Taara, menyuarakan perlunya internet cepat dan terjangkau untuk menjangkau 3 miliar orang yang masih belum memiliki konektivitas yang andal.
Dalam sebuah wawancara, ia menekankan bahwa sistem Taara dapat menawarkan kecepatan 10 hingga 100 kali lebih cepat daripada antena Starlink biasa dan dengan biaya yang jauh lebih murah. Bagi desa-desa terpencil dan kota-kota kecil, teknologi ini dapat menjadi jembatan yang akhirnya menghubungkan mereka dengan dunia digital.
Sumber: cnbcindonesia.com