Indonesia Butuh Tambahan 5 Pabrik Biodiesel Demi Target B50 pada 2026

BIODIESEL B50: Program B50 atau campuran 50 persen biodiesel dalam bahan bakar solar akan diterapkan tahun 2026 mendatang – Foto Net


BORNEOTREND.COM, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa Indonesia masih membutuhkan sedikitnya lima pabrik biodiesel berkapasitas 1 juta kiloliter untuk mendukung penerapan bahan bakar nabati B50. Meski ada optimisme penerapan B50 pada 2026, kesiapan infrastruktur dan pasokan bahan baku masih jadi tantangan utama.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menyebut bahwa Indonesia memerlukan tambahan kapasitas produksi biodiesel untuk menyukseskan target implementasi program B50 atau campuran 50 persen biodiesel dalam bahan bakar solar.

"Saat ini produksi nasional baru di angka 15 juta kiloliter. Kalau targetnya 20 juta kiloliter, kita masih perlu tambahan 5 juta. Itu artinya butuh lima pabrik baru dengan kapasitas 1 juta kiloliter," kata Eniya dalam Seminar Peluang dan Tantangan Industri Bioenergi di Jakarta Pusat, Kamis (17/7/2025).

Di sisi lain, program tersebut juga perlu meningkatkan kapasitas infrastruktur. Pada implementasi B40 saja, masih terdapat keterbatasan moda angkut, keterbatasan fasilitas kapal (Flow Rate Pump), hingga keterbatasan sarana dan prasarana (sarpras) di tangki penyimpanan, pemipaan dan fasilitas blending (TBBM).

Untuk itu, untuk merealisasikan program tersebut dibutuhkan moda angkut tersedia cukup dan efisien, fasilitas kapal yang mumpuni, serta sarpras TBBM mendukung implementasi B50.

"Ini perlu persiapan waktu, enggak mungkin ujug-ujug langsung misalnya B50 gitu ya, atau B50 hanya di Jakarta doang. Ini saya enggak tahu nih, ini perlu dikaji ya. Opsi-opsi B itu perlu dikaji," imbuh Eniya.

Sebelumnya, Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan Kementerian ESDM siap menerapkan bahan bakar minyak (BBM) biodiesel 50 (B50) di awal tahun 2026. Ia menjelaskan, penerapan BBM jenis B50 akan mengikuti implementasi B40.

Ia menyebut, penerapan B40 berjalan baik, dari sisi Public Service Obligation (PSO) maupun non-PSO. Dari sisi industri, ketersediaan Fatty Acid Methyl Ester (FAME) atau biodiesel dari minyak nabati juga siap untuk mengimplementasikan B50. Berdasarkan capaian tersebut, Yuliot optimis B50 dapat diterapkan awal tahun 2026.

"Jadi untuk ketersediaan FAME-nya, kita sudah mau siap untuk masuk di B50 tahun depan. Jadi untuk B50 tahun depan, ya mudah-mudahan pada awal tahun itu kita sudah bisa tetapkan," ujar Yuliot kepada wartawan di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (16/5/2025)

Sumber: detik.com

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال