Masyarakat Beralih ke Belanja Online, Industri Ritel di Indonesia Bertumbangan

SEPI PEMBELI: Perusahaan ritel di Indonesia terpaksa tutup karena sepi pembeli – Foto cnnindonesia.com


BORNEOTREND.COM, JAKARTA - Beberapa perusahaan ritel besar di Indonesia seperti Matahari, Giant dan yang terbaru Lulu Hypermarket telah menutup sejumlah gerainya.

Ketua Umum Himpunan Paritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah menilai hal tersebut tak lepas dari perubahan perilaku masyarakat Indonesia dalam berbelanja. Menurut dia, saat ini tren belanja paling sering belanja secara online.

"Mungkin jenuh, banyak (belanja) online. Jadi orang berubah maunya online. Tapi kan ada yang offline juga nggak bisa dibuang. Jadi intinya yang pemain offline juga jualan online kok sekarang," kata Budiardjo saat ditemui di Gedung Smesco, Jakarta Selatan, Selasa (6/6/2025).

Selain itu, dampak perang dagang yang dipicu oleh Amerika Serikat (AS) juga menjadi penyebabnya. Menurutnya, dampak perang dagang membuat industri ritel lesu.

Untuk itu, dia meminta pemerintah mempermudah izin berusaha, pajak, hingga memberikan stimulus ke masyarakat. Apalagi saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat ke 4,87% pada kuartal I 2025.

"Itu efek dari perang dagang, itu pasti lagi lesu seluruh dunia. Kita cuma minta pemerintah mempermudah izin-izin berusaha, mempermurah pajak-pajak, berikan BLT itu akan menyelamatkan," jelas Budi.

Dia pun memperkirakan industri ritel masih menghadapi tantangan tahun ini. Apalagi momentum hari-hari besar keagamaan telah berlalu.

"Ya itu pasti agak tantangannya. Dan itu setiap tahun turun, ya. Pasti kalau sehabis lebaran tuh dari tahun-tahun turun. Memang wajar, memang turun. Tapi, mungkin harapan kami, makanya dibukanya kerannya belanja pemerintah, mungkin itu harus dibuka atau BLT. Kita minta ada stimulus BLT supaya naikin," imbuh Budi.

Sumber: detik.com

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال