HEBOH: Sejumlah pedagang ayam di pasar keramat melakukan aksi protes hingga meletakan lapak jualannya di badan jalan, Selasa (27/5) pagi- Dok. Radar Sampit
BORNEOTREND.COM, KALTENG - Suasana di Jalan DI Panjaitan, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur, mendadak heboh pada Selasa pagi (27/5/2025).
Sejumlah pedagang ayam dari Pasar Keramat melakukan aksi protes terhadap pedagang ayam potong di kawasan tersebut yang dianggap menjual di bawah harga pasar.
Aksi protes itu dipicu oleh selisih harga ayam yang cukup mencolok. Para pedagang dari Pasar Keramat mengeluhkan bahwa harga ayam potong di lokasi kejadian dijual terlalu murah, yakni hanya Rp 25.000 per kilogram. Sementara di Pasar Keramat, harga ayam berkisar antara Rp 28.000 hingga Rp 30.000 per kilogram.
Tak hanya melakukan protes, para pedagang dari Pasar Keramat bahkan membawa lapak dan dagangan mereka ke lokasi, lalu berjualan di badan jalan. Aksi tersebut menyebabkan kemacetan di sepanjang ruas jalan yang menghubungkan ke kawasan Pasar Keramat.
“Ribut gara-gara harga ayam tidak sesuai,” kata Aluh, seorang pedagang es di sekitar lokasi.
Menurutnya, harga ayam yang lebih murah di luar pasar membuat banyak pelanggan beralih berbelanja ke pedagang di pinggir jalan. Selain lebih murah, tidak adanya biaya parkir di lokasi tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi pembeli.
"Kalau beli ayam di pasar, pelanggan harus bayar parkir lagi. Di sini tidak ada biaya tambahan, makanya banyak yang pindah belanja," tambah Aluh.
Ketegangan akhirnya mereda setelah Camat Mentawa Baru Ketapang, Irpansyah, turun langsung ke lokasi untuk menenangkan kedua belah pihak. Ia memberikan arahan kepada pedagang agar tidak menggunakan badan jalan sebagai tempat berjualan, karena mengganggu ketertiban umum dan arus lalu lintas.
“Solusinya, pedagang di lokasi tersebut dilarang berjualan di pinggir jalan,” ujar Aluh menyampaikan hasil mediasi.
Peristiwa ini menyoroti pentingnya pengawasan harga dan penataan lokasi berjualan demi menjaga keadilan usaha serta kenyamanan masyarakat. Pemerintah kecamatan diharapkan dapat terus memantau perkembangan di lapangan agar kejadian serupa tidak terulang.
Sumber: Radar Sampit