Jamaah Haji Tak Lagi Nginep Bareng Kloter saat di Makkah, Ini Alasannya

PENGINAPAN: Pemerintah Arab Saudi menyediakan penginapan yang nyaman bagi jamaah calon haji Indonesia di Makkah – Foto Net


BORNEOTREND.COM, JAKARTA - Jamaah calon haji Indonesia tahun ini tidak lagi diinapkan berdasarkan kloter saat tiba di Makkah. Mereka bakal menginap sesuai syarikah atau perusahaan penyedia layanan haji yang menangani.

Hal ini merupakan bagian dari sistem baru yang diterapkan Pemerintah Arab Saudi, dan mulai berjalan sejak 2022 lalu.

"Di Makkah, penempatan jamaah berbasis syarikah. Jadi satu kloter bisa tersebar ke beberapa hotel berbeda, tergantung syarikahnya," kata Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kemenag Muchlis Hanafi dalam konferensi pers daring, Senin (12/5/2025).

Padahal awalnya, idealnya satu kloter dilayani oleh satu syarikah dan menginap di satu hotel yang sama. Namun menurut Muchlis, ada sejumlah kendala yang bikin hal itu tak bisa dilakukan.

"Misalnya ada yang visanya terlambat, akhirnya jamaah dalam satu kloter bisa ditangani oleh syarikah yang berbeda," jelasnya.

Saat di Madinah, Kemenag masih berupaya menjaga agar jamaah satu kloter tetap menginap bersama, meski ditangani syarikah berbeda. Tapi untuk di Makkah, sistem syarikah yang berlaku membuat penempatan hotel mengikuti penyedia layanan masing-masing.

Meski begitu, Muchlis memastikan semua jamaah tetap mendapat layanan sesuai standar—mulai dari akomodasi, konsumsi, hingga transportasi.

"Ini tidak akan mengurangi hak-hak jamaah. Semua layanan tetap sesuai standar," tegasnya.

Penempatan berdasarkan syarikah ini juga dinilai lebih efektif, terutama saat puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), yang semuanya ditangani oleh syarikah.

"Penataan berbasis syarikah justru memperkuat efektivitas layanan, khususnya di fase Armuzna. Kementerian Haji Saudi juga tegas soal ini," ujarnya.

Muchlis mengatakan Kemenag telah berkoordinasi dengan delapan syarikah penyedia layanan, agar jamaah lansia, disabilitas, serta pasangan suami-istri tetap bisa satu hotel jika memungkinkan, walau ditangani syarikah berbeda.

"Mereka (syarikah) juga mempertimbangkan aspek kemanusiaan," katanya.

Transformasi sistem ini juga membuat pelaporan, koordinasi, hingga penanganan jika terjadi masalah lebih cepat dan terarah.

"Kalau ada apa-apa di lapangan, syarikah yang langsung bertanggung jawab. Ini mempercepat respon," kata Muchlis.

Meski bisa sedikit mengurangi kenyamanan karena terpisah dari rombongan awal, Muchlis berharap dengan fokus ibadah dan layanan optimal, jamaah tetap merasa aman dan nyaman.

Sementara itu, kepulangan jamaah tetap dilakukan berdasarkan kloter seperti biasa. Hal ini untuk menjaga keutuhan data dan kemudahan integrasi dengan sistem imigrasi.

"Jadi meski di Makkah terpisah, pulangnya tetap bareng sesuai kloter. Itu penting secara psikologis dan teknis," tutupnya.

Sumber: Antara

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال