Ini Loh Momen Penyelamatan Korban Longsor di Samarinda!

MUSIBAH: Material longsor yang berasal dari perbukitan menimpa empat bangunan di bawahnya.Foto Dok Kaltim Post


BORNEOTREND.COM, KALTIM - Hujan deras yang mengguyur Kota Samarinda pada Selasa (27/5/2025) memicu tanah longsor di sejumlah titik, dengan kejadian terparah terjadi di Jalan Gerilya, Gang Keluarga, RT 102, Kelurahan Sungai Pinang Dalam, Kecamatan Sungai Pinang. 

Material longsor yang berasal dari perbukitan menimpa empat bangunan di bawahnya, yang terdiri dari tiga rumah tunggal dan satu rumah bangsalan berisi tiga pintu.

Peristiwa terjadi sekitar pukul 12.03 Wita. Ketua RT 102, Jalik, mengonfirmasi bahwa empat bangunan terdampak langsung oleh longsoran tanah. Ia juga menyebutkan bahwa wilayah tersebut memang rawan longsor dan pernah terjadi insiden serupa sebelumnya, namun tidak sampai menimpa rumah warga.
“Dulu pernah longsor juga, tapi tidak separah ini. Kali ini, langsung menimpa rumah-rumah di bawahnya,” ujarnya.
Tim gabungan yang terdiri dari Basarnas, BPBD Samarinda, Dinas Pemadam Kebakaran (Disdamkar), relawan, dan warga sekitar segera melakukan evakuasi. Hingga pukul 14.50 Wita, empat korban berhasil diselamatkan. 

Salah satunya adalah Ayu, yang ditemukan dalam kondisi selamat di antara tumpukan puing rumah bangsalan. Ia langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.

Komandan Tim Basarnas Samarinda, Iwan Setiawan Abbas, menyampaikan bahwa total terdapat enam korban dalam insiden tersebut. Lima orang berhasil dievakuasi, sementara satu orang lainnya ibu dari Ayu masih dalam proses pencarian.

“Satu korban lagi masih dalam pencarian. Tadi sempat terdengar suaranya saat dipanggil, tapi belum berhasil ditemukan,” ujar Iwan.

Tim SAR saat ini menggunakan metode shoring untuk memperkuat struktur tanah yang labil agar proses evakuasi bisa berjalan aman. Pencarian sempat dilanjutkan hingga pukul 18.00 Wita, namun terpaksa dihentikan sementara karena kondisi medan yang memburuk dan hari mulai gelap.

Menurut Iwan, tantangan terbesar dalam proses evakuasi adalah kontur tanah yang labil serta tumpukan puing bangunan yang saling berhimpitan, menyulitkan akses ke lokasi korban terakhir. 

“Posisi rumah korban terakhir ini berada di bagian tengah bangunan. Puing-puing saling menutup satu sama lain, dan tanah terus bergerak,” ungkapnya.

Pencarian terhadap korban terakhir akan dilanjutkan keesokan harinya dengan bantuan alat berat.

Sumber: Kaltim Post
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال