![]() |
PANTAU BANJIR: Pemkab Batola bersama Pemprov Kalsel saat melakukan pemantauan banjir di Batola - Foto Dok Kominfo Batola |
BORNEOTREND.COM, KALSEL- Bencana banjir yang melanda Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), telah menimbulkan dampak signifikan bagi masyarakat setempat.
Tak pelak, kolaborasi pentahelix yang melibatkan pemerintah, masyarakat, swasta, akademisi, dan media, upaya penanganan dan pemulihan pasca-banjir penting untuk dilakukan.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batola melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah melakukan koordinasi dengan Balai Wilayah Sungai Kalimantan 3 (BWKS3) dan pihak terkait untuk menangani permasalahan banjir di Kecamatan Jejangkit.
Sebagai langkah awal, Pemkab Batola telah mengalokasikan dana Belanja Tak Terduga (BTT) sebesar Rp800 juta untuk merehabilitasi saluran Ray 7 sebagai tindakan darurat. Rehabilitasi ini diharapkan dapat mengurangi genangan air di kawasan tersebut.
Selain itu, dalam rapat yang diadakan pada Rabu (9/4/2025) lalu, Bupati Batola H Bahrul Ilmi didampingi perwakilan warga Jejangkit dan pihak swasta perusahaan sawit membahas kerjasama penanganan banjir. Terdapat beberapa saluran yang akan ditangani, khususnya saluran-saluran yang terhubung dari Jejangkit ke Sungai Barito.
"Langkah-langkah penanganan banjir yang telah disepakati antara lain: Rehabilitasi saluran Ray 7 tembus Ray 1 sepanjang 11,5 km dengan dana BTT sebesar Rp800 juta hingga pengiriman surat kepada Gubernur melalui Dinas PUPR Provinsi Kalsel memohon untuk dilakukan normalisasi pada Sei Bamban Sei Rumbia dan Sei Rasau. Lalu pihak perusahaan akan diarahkan untuk melakukan normalisasi pada Ray 21 yang terhubung dengan Ray 3 terlebih dahulu. Kemudian ada juga realokasi anggaran rehabilitasi saluran pada bidang Sumber Daya Air sebesar Rp3,3 miliar untuk penanganan saluran yang akan berdampak pada banjir Jejangkit," tegas H Bahrul Ilmi.
Untuk mengatasi dampak jangka panjang, pemerintah akan bekerjasama dengan pihak universitas untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menganalisis serta mencari solusi yang tepat dan berkelanjutan. Kerjasama ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengembangkan strategi penanganan banjir yang lebih efektif dan efisien.
Masyarakat Jejangkit juga menunjukkan kepedulian dan partisipasi aktif dalam penanganan banjir. Mereka bergotong-royong untuk perkerasan jalan lingkungan mereka dan bahkan melakukan urunan untuk membeli batu guna mendukung pembangunan infrastruktur di daerah mereka.
Media lokal juga berperan aktif dalam memantau perkembangan pembangunan dan penanganan banjir di Kecamatan Jejangkit. Salah satunya dengan melakukan konfirmasi kepada pemborong jembatan terkait sisa bangunan yang menghalangi aliran sungai sehingga menyebabkan tersumbat. Pemantauan ini membantu memastikan bahwa pembangunan dilakukan sesuai dengan standar dan tidak menimbulkan masalah baru di masa depan.
Untuk diketahui, Selain penanganan banjir, Pemkab Batola juga memperhatikan infrastruktur jalan yang menjadi jalur alternatif untuk wisata religi, khususnya untuk mendukung Haul Abah Guru Sekumpul. Pada tahun anggaran 2023, Pemkab Batola telah melaksanakan pemeliharaan berkala ruas jalan Sei Bamban - Jejangkit sepanjang 5 km dengan alokasi anggaran Rp6,5 miliar. Pada tahun anggaran 2024 dilakukan peningkatan jalan ruas Jejangkit Muara - Jejangkit Timur sepanjang 1,2 km dengan alokasi anggaran Rp2 miliar.
Kemudian untuk tahun anggaran 2025, Dinas PUPR telah mengusulkan lanjutan peningkatan jalan Jejangkit Muara - Jejangkit Timur sepanjang 2 km dengan memanfaatkan hasil efisiensi anggaran.
Untuk diketahui bersama pula bahwa ada beberapa kegiatan yang sudah dilakukan pemerintah daerah seperti Rehabilitasi Saluran Patih Selera, DIR. Sungai Pantai, DIR. Cahaya Baru, Sampurna, Jejangkit Pasar (Saluran Patih Selera- Saluran Sungai Pantai dan Ray 21 Tebing Rimbah -Ray 3 Jejangkit) – Tahun 2023, Panjang ± 19.4 km, Rehabilitasi Saluran Desa Jejangkit Timur, Tahun 2023, Panjang ± 10.5 km, Normalisasi Saluran DIR. Sungai Bamban Tembus Ray 5 (DPUPR Prov Kalsel) Tahun 2023, Panjang ±4 km, Normalisasi Saluran Jejangkit Ray 5 (BWSK III), Tahun 2023, Panjang ± 3.7 km, Rehabilitasi Saluran DIR Sampurna, Tahun 2024, ± 4 km, Rehabilitasi Saluran DIR Cahaya Baru, Tahun 2024, ± 5.2 km, Rehabilitasi Saluran DIR Tebing Rimbah, Tahun 2024, Panjang ± 5 km, Pembuatan Tanggul Sungai Alalak (BWS K III), Tahun 2024.
Kemudian, upaya pihak swasta sebelumnya adalah Rehabilitasi Saluran Sungai Sawahan – Sungai Sakaramai, Tahun 2023, Panjang ± 16,7 km, Normalisasi Saluran DIR. Handil Bakti (Primer Handil Bakti), Tahun 2023, Panjang ± 3,5 km.
Adapun langkah-langkah Pemkab Batola selanjutnya yakni Melakukan Rehabilitasi Saluran DIR. Tebing Rimbah, DIR. Cahaya Baru, DIR. Sampurna, Jejangkit Muara (Ray 7 Tabing Rimbah-Ray 1 Jejangkit Muara), BTT 2025, Panjang ± 11.5 km, Rehabilitasi Saluran DIR Sei Pantai Panjang ± 5,4 km, Realokasi Anggaran Rehabilitasi Saluran dengan Total 3.3 M untuk Normalisaasi Saluran guna Penanganan Jejangkit, Melakukan Rencana Kajian Teknis Drainase/Saluran Penanggulangan Banjir, APBD-P Tahun 2025, Mengusulkan ke Provinsi untuk melakukan Normalisasi Saluran DIR. Sei Bamban (Lanjutan Sei Bamban) dan DIR. Jejangkit II (Sungai Rumbia, Sungai Habaya, Sungai Rasau) (DIR Kewenangan Provinsi) sepanjang ± 40 km, Mengusulkan ke BWSK III untuk Normalisasi Primer Handil Bakti DIR. Handil Bakti sepanjang ± 15 km, dan lanjutan Penyelesaian Pembuatan Tanggul Sei Alalak.
Terakhir, rencana pemerintah bersama pihak swasta pada tahun 2025 ini adalah Kerjasama Normalisasi Saluran Ray 21 - Ray 3 Jejangkit, Panjang 12 km, Membuat Kesepakatan Kerjasama Normalisasi Saluran Sungai Rumbia, Panjang ± 15,5 km, Membuat Kesepakatan Kerjasama Normalisasi Saluran Sungai Habaya, Panjang ± 14,5 km.
Bupati Batola juga menegaskan bahwa pemerintah akan fokus pada rehabilitasi saluran-saluran kewenangan kabupaten di sekitar Jejangkit dan jika diperlukan membuat saluran baru untuk mencegah masalah serupa di masa depan.
"Tentu menjadi prioritas utama kami untuk mencegah kedepannya banjir terjadi lagi, selanjutnya baru penanganan dampaknya seperti perbaikan jalan. Jika hal tersebut tidak dilaksanakan maka bukan tidak mungkin tahun depan terjadi banjir kembali dan perbaikan jalan menjadi sia-sia," tukasnya.
Kolaborasi pentahelix ini tidak hanya membantu dalam penanganan bencana banjir di Kecamatan Jejangkit tetapi juga memperkuat ketahanan masyarakat dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kerja sama dalam menghadapi bencana. Dengan semangat gotong-royong dan sinergi antar-pemangku kepentingan, diharapkan Kecamatan Jejangkit dapat pulih lebih cepat dan masyarakat dapat kembali menjalani kehidupan normal dengan lebih sejahtera.
"Saya berharap masyarakat dapat memahami bahwa upaya kolaboratif ini diharapkan dapat mempercepat perbaikan yang diperlukan demi kesejahteraan masyarakat Jejangkit," pungkasnya.
Sumber: Kominfo Batola