Bulog Kalsel Kesulitan Serap Beras Lokal, Dua Hal ini Jadi Penyebabnya

 

WAWANCARA: Kepala Bulog Regional Kalsel Taufan Akib (kiri) - Foto Dok Arief

BORNEOTREND.COM- Bulog Regional Kalsel mengaku cukup kesulitan untuk bisa menyerap beras lokal di tahun 2023 ini.

Menurut Kepala Bulog Regional Kalsel Taufan Akib, setidaknya ada dua hal yang membuat pihaknya hanya mampu menyerap beras lokal kurang lebih sebesar 100 Ton hingga pertengahan tahun 2023.

“Pertama karena banyak petani lokal yang gagal panen, menyebabkan harga beras lokal mengalami kenaikan yang signifikan. Akibatnya saat kita ingin beli ke petani harganya tidak masuk di kami, karena kita hanya bisa beli jika dijual maksimal Rp9.950 perkilonya,” ungkapnya belum lama tadi.


Lalu persoalan kedua Bulog Regional Kalsel kini tidak dapat lagi melakukan penyerapan berlebihan kepada beras lokal. Karena mereka tidak lagi mendapatkan pasar yang pasti seiring dengan dialihkannya subsidi beras ke uang tunai oleh Pemerintah bagi masyarakat yang masuk dalam kategori Program Keluarga Harapan (PKH).

“Kalau dulu kita serap terus karena memang ada pasarnya, yaitu dibeli oleh pemerintah untuk masyarakat yang masuk program PKH. Sekarang kan tidak lagi, jadi kita tidak bisa asal serap karena bisa membuat biaya penyimpanan di gudang kita membengkak dan membuat rugi,” ujarnya.

Walau tidak bisa menyerap beras lokal, dirinya memastikan stok beras di gudang masih mencapai diatas 1.000 Ton yang merupakan gabungan beras cadangan Pemerintah Daerah dan beras Komersil untuk dijual bebas ke masyarakat.

“Walau tidak banyak menyerap beras lokal, kami masih bisa menjalankan diri sebagai Buffer Stock untuk menjamin ketersediaan pasokan beras jika terjadi kejadian luar biasa yang tidak bisa kita prediksi,” tambahnya.

Sebelumnya, dari pantauan, Rabu (17/5/2023) di Pasar Tradisional di Kota Banjarmasin, yakni Pasar Sentral Antasari. Harga beras lokal terpantau masih cukup tinggi dipasaran bila dibandingkan sebelum momen Ramadan lalu.

Untuk beras lokal jenis Siam misalnya, kini dibandrol Rp15.000 – Rp20.000 perkilo tergantung kualitas. Padahal sebelumnya hanya mencapai Rp10.000 perkilo. Lalu untuk beras Mayang dari sebelumnya hanya Rp15.000 perkilo, kini sudah mencapai Rp22.000 – Rp23.000 perkilo tergantung kualitas. Selanjutnya jenis unus kini sudah dijual Rp20.000 perkilo, padahal sebelumnya hanya mencapai Rp12.000 perkilo.

“Kan petani masih banyak yang gagal panen karena cuaca pancaroba ini, jadinya stoknya terbatas namun permintaan tetap tinggi. Makanya harganya terus naik dipasaran sampai sekarang tidak ada penurunan,” tukas salah satu pedagang sembako di Pasar Sentral Antasari Adi N-Talu.

Penulis: Arief Rahman

Lebih baru Lebih lama
Pilkada-Kota-BJB

نموذج الاتصال