Anggota Legislatif Kerjanya Jangan Seperti Aparat Eksekutif


Nasrullah
Antropolog, pengajar Prodi Pendidikan Sosiologi ULM.
(Foto: pribadi)

BORNEOTREND.COM - Saat ini tahapan Pemilu 2024 sudah berjalan. Adapun tahapan pendaftaran calon anggota legislatif masing-masing partai politik dimulai 24 April 2023. Masyarakat pun berharap pemilu kali ini bisa menghasilkan calon-calon terpilih berkualitas, berintegritas, dan benar-benar menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat. 

Menurut Nasrullah, antropolog dan dosen Prodi Pendidikan Sosiologi di FKIP ULM, ada beberapa hal semestinya perlu diperhatikan seorang wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat. 

Menurutnya, saat ini kerja wakil rakyat lebih mirip sebagai aparat eksekutif, padahal mereka adalah duduk di lembaga legislatif yang mestinya tugas utamanya bagaimana menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat yang diwakilinya. 

"Jika seorang caleg, atau bahkan anggota legislatif berbicara bukan dalam kapasitasnya sebagai calon atau wakil rakyat, maka sesungguhnya dia telah tersesat sebagai seorang aparat eksekutif. Kalau pun hal itu dilakukannya dengan kesadaran, maka yakinlah orang tersebut sebenarnya ingin menempatkan dirinya sebagai calon kepala daerah," ujar Nasrullah.

Menurutnya, di hadapan rakyat, seorang wakil rakyat bukan pemberi ide, gagasan, imajinasi, tetapi penerima aspirasi dari rakyat itu sendiri. 

"Mestinya mereka mempertajam kemampuan mendengar, menyimak, dan mencerna keluhan, saran dan pandangan masyarakat. Sebab jika terpilih tugas wakil rakyat adalah menyampaikan aspirasi mereka untuk diperjuangkan baik dalam bentuk perundang-undangan (perda), pengawasan kerja eksekutif, dan budgeting," jelas Nasrullah yang saat ini sedang menjalani tugas belajar pada S3 Antropologi UGM.

Saat masa kampanye calon anggota legislatif Pemilu 2024 nanti, Nasrullah berharap masing-masing calon menghindari ide, pemikiran, gagasan, atau wacana yang dilempar ke masyarakat terlalu tinggi. 

"Ide atau gagasan terlalu membumbung tinggi di angkasa sehingga yang ditawarkan cenderung imajinatif, jauh dari realitas. Kalaupun ada realitas, maka cenderung bersifat klaim atau melanjutkan ide yang sudah ada sebelumnya. Seolah-olah ide yang baru," ujarnya.

Penulis: Khairiadi Asa

Lebih baru Lebih lama
Pilkada-Kota-BJB

نموذج الاتصال