![]() |
SUKSES: Petani muda Herry Purwanto sukses mengembangkan budidaya Singkong Gajah Pelaihari - Foto Dok Arief |
BORNEOTREND.COM, KALSEL- Perubahan iklim yang membuat masa tanam menjadi tidak menentu, semakin sulitnya mendapatkan air bersih karena kekeringan hingga berubahnya sebagian lahan pertanian menjadi Perkebunan sawit, membuat komoditas beras terus mengalami kenaikan harga.
Melihat kenyataan tersebut, pemuda asal Kabupaten Tanah Laut (Tala) bernama lengkap Herry Purwanto ini pun memutuskan untuk mencoba peruntungan lain agar bisa memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dengan menggunakan alternatif pangan lain selain beras, yaitu singkong.
“Saya mulai menekuni sektor pertanian ini sejak beberapa tahun lalu setelah memutuskan berhenti bekerja disalah satu perusahaan di bidang pertanian. Dengan modal pesangon yang saya dapatkan waktu itu, saya mulai serius menggarap bisnis di bidang pertanian ini, salah satunya dengan membudidayakan komuditas singkong,” kenang lelaki kelahiran Malang, tahun 1986 silam itu.
Diakuinya saat memulai usaha dibidang pertanian tentulah tidak mudah, banyak trial dan error yang harus dilakukannya sehingga akhirnya sekarang ia bisa mendapatkan bibit singkong berkualitas baik yang kini dikenal dengan Singkong Gajah Pelaihari.
“Walau harus bersusah payah akhirnya bibit Singkong Gajah Pelaihari berhasil saya budidayakan hingga sekarang. Singkong Gajah Pelaihari ini sangat mudah untuk dibudidayakan, bahkan hasilnya pun jauh lebih besar dari singkong pada umumnya,” tegasnya.
![]() |
BESAR: Penampakan Singkong Gajah Pelaihari hasil budidaya Herry Purwanto - Foto Dok Arief |
Bahkan dengan hasil singkong yang lebih besar pada umumnya, Singkong Gajah Pelaihari miliknya diminati tidak hanya oleh warga Tanah Laut saja, tapi juga dibeli oleh warga Kota Banjarmasin hingga ke wilayah Banua Enam saat musim panen tiba.
Tidak hanya sendiri, agar juga bisa dinikmati oleh kelompok tani lainnya, dirinya pun mengaku juga membagikan bibit Singkong Gajah Pelaihari ke beberapa Kelompok Tani yang di Kabupaten Tanah Laut.
Misinya membagikan bibit ini sangat mulia, tidak hanya ingin agar kelompok tani lain bisa menikmati hasil panen serupa, tapi juga agar bisa memenuhi kebutuhan pasar jika suatu saat memerlukan dalam jumlah besar.
“Intinya bagi saya kalau produksi Singkong Gajah Pelaihari berlimpah. Mudah tentunya kita bisa berkolaborasi untuk memenuhi kebutuhan pasar yang lebih besar,” tambahnya.
Tidak hanya Singkong, kini dirinya bersama Kelompok Tani binaannya juga sedang fokus mengembangkan budidaya Alpukat. Dari hasil risetnya dan percobaan yang beberapa kali gagal, dirinya pun akhirnya mampu mengembangkan budidaya Alpukat Aligator di Tanah Laut.
“Saya beli beberapa bibit dari pulau Jawa dan saya modifikasi disini. Alhamdulillah setelah riset dan beberapa kali percobaan, saya akhirnya mendapatkan bibit Alpukat unggul yang cocok untuk ditanam di wilayah Kalsel, yaitu yang kami beri nama Alpukat Aligator. Untuk buahnya sendiri sudah beberapa kali kita panen, jauh lebih besar buahnya dan gurih rasanya,” timpalnya Penyuluh Pertanian Swadaya Dinas Pertanian Tanah Laut tersebut.
Misinya mengembangkan Alpukat Aligator ini sendiri sama, ingin mendorong masyarakat bisa mendapatkan alternatif pangan selain beras melalui komoditas buah-buahan, salah satunya buah Alpukat.
![]() |
BESAR: Alpukat Aligator dan bibitnya yang juga dikembangkan oleh Herry Purwanto - Foto Dok Arief |
Bahkan mimpinya kedepan 1 rumah bisa menanam minimal 1 pohon Alpukat dipekarangan rumah masyarakat. Ini tentunya tidak hanya bisa memenuhi kebutuhan buah secara mandiri, tapi juga berpotensi dapat menghasilkan tambahan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
“Dari Alpukat Aligator yang kami kembangkan ini setelah 2 tahun, panennya bisa mencapai 30 – 50 Kg perpohon. Kalau usia pohonnya sudah lebih dari 5 tahun bahkan bisa tembus hingga 100 Kg perpohon panennya. Kalau harga jual Alpukat Aligator kini mencapai Rp35.000 – Rp50.000 perkilo. Ini tentunya kalau dibudidayakan serius bisa menambah pendapatan,” tuturnya.
Karena itulah dirinya pun kini juga rajin membagikan bibit Alpukat Aligator kepada Kelompok Tani hingga tetangga dan masyarakat yang datang untuk belajar sektor pertanian dengan dirinya.
“Saya juga kadang kalau pas musim panen sekalian memberikan buahnya. Ini supaya sekalian mereka tertarik untuk membudidayakannya agar kedepan buah bisa menjadi pengganti makan nasi saat pagi hari,” bebernya.
Tidak hanya itu, dirinya pun menggandeng developer tanah kapling di daerah Kota Banjarbaru untuk menyulap tanah kapling yang dibeli nasabah untuk dibuat produktif menjadi Perkebunan Alpukat.
“Ini sudah mulai jalan. Semoga dengan berbagai cara yang saya usahakan tadi Alpukat Aligator di Kalsel semakin dikenal dan masyarakat semakin tertarik untuk membudidayakannya,” tukasnya.
Pemprov Kalsel Ikut Promosikan Pangan Alternatif, Gelar Lomba Memasak Pangan Alternatif Bersama Kader PKK dan Posyandu
Tidak hanya para petani muda, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalsel melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dan Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) juga terus berinovasi untuk mendorong masyarakat untuk memanfaatkan pangan alternatif pengganti beras untuk makanan keseharian mereka.
Hal ini bertujuan untuk mendorong diversifikasi pangan semakin massif di Kalsel. Sehingga ketergantungan masyarakat akan komoditas pangan jenis beras lokal dapat semakin berkurang kedepannya.
Salah satu caranya belum lama tadi adalah dengan menggelar kegiatan Lomba Cipta Menu Makanan Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA), sebagai gerakan promosi makan enak, makan sehat, makan B2SA, dan suka sayur dan buah.
Lomba Cipta Menu Makanan Beragam, Bergizi, Sehat dan Aman (B2SA) sendiri diikuti perwakilan dari Posyandu binaan TP PKK tiap Kabupaten/Kota se-Kalsel, yang mayoritas berasal dari kader PKK dan Posyandu.
Dalam sambutannya, Ketua TP PKK Provinsi Kalsel Hj Fathul Jannah menyampaikan apresiasi terhadap antusiasme para peserta dan pentingnya kegiatan ini dalam mendorong perubahan pola konsumsi masyarakat.
“Melalui lomba ini, kami ingin mendorong diversifikasi pangan sebagai bagian dari upaya meningkatkan ketahanan pangan. Kami berharap muncul ide-ide segar dalam menciptakan menu harian yang mudah diolah, terjangkau, namun tetap bergizi dan aman,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kalsel Syamsir Rahman menambahkan, upaya yang mereka lakukan melalui kegiatan ini adalah sebagai langkah konkrit dalam memperkenalkan pangan alternatif kepada masyarakat.
“Kita tidak bisa terus-terusan mengandalkan beras lokal sebagai pangan utama masyarakat Kalsel. Memang produksinya terus membaik seiring program Pemerintah Pusat yang saat ini fokus di sektor pertanian, tapi harganya juga semakin naik karena tingginya permintaan. Makanya masyarakat perlu diperkenalkan pangan alternatif lain, yang tidak hanya sama nilai gizinya, tapi mudah didapat dan harganya jauh lebih terjangkau,” tegasnya.
Dirinya juga menyebut dari sektor hulu pun Pemprov Kalsel terus berupaya mendorong para petani membudidayakan berbagai pangan alternatif, salah satunya budidaya umbi-umbian.
“Kita apresiasi upaya petani muda seperti Herry Purwanto ini. Kami memastikan kami siap berkolaborasi dengan mereka agar kedepannya sektor pangan alternatif dapat semakin berkembang di Kalsel,” tambahnya.
“Lalu untuk hilirnya juga akan kita dorong ibu-ibu untuk terus berkreasi menciptakan berbagai menu berbahan pangan alternatif. Itu supaya bisa menginspirasi masyarakat lainnya untuk tidak hanya fokus memenuhi kebutuhan makanannya dengan pangan jenis beras saja, tapi bisa dengan pangan alternatif lainnya yang tersedia di Kalsel,” timpalnya lagi.
Akademisi: Pemerintah Daerah Diminta Serius dan Kolaborasi Untuk Dorong Pangan Alternatif Mudah Didapat dan Semakin Populer
![]() |
BERJUALAN: Aktifitas pedagang beras di salah satu pasar tradisional di Kota Banjarmasin - Foto Dok Nett |
Beras, rokok, dan kopi sachet masih menjadi penyumbang utama garis kemiskinan per Maret 2025. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan beras menyumbang sebesar 21,06% terhadap garis kemiskinan. Sementara itu, rokok filter menyumbang 10,72% terhadap garis kemiskinan (GK) untuk perkotaan. Sedangkan di perdesaan, beras menyumbang sebesar 24,91% dan rokok kretek filter sebesar 9,99%.
Pada periode sebelumnya juga dijumpai hal serupa. Komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan masih berupa beras dengan sumbangan terbesar, yakni 21,01 % di perkotaan dan 24,93% di perdesaan. Rokok kretek filter juga menempati posisi kedua pada GK September 2024, memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap GK (10,67% di perkotaan dan 9,76% di perdesaan).
Besaran sumbangan rokok bahkan lebih besar dibandingkan bahan makanan pokok seperti telur ayam maupun daging ayam. Bumbu-bumbu dapur yang krusial dalam makanan sehari-hari seperti bawang merah, gula pasir, dan cabe rawit juga menempati posisi yang lebih rendah pada daftar. Telur ayam menempati posisi ketiga dengan proporsi 4,50% untuk GK perkotaan dan 3,62% untuk GK perdesaan, dan daging ayam ras menempati posisi berikutnya dengan proporsi 4,22% dan 2,98% untuk perkotaan dan perdesaan secara berurutan. Lalu kemudian yang menarik, kopi sachet juga masuk10 besar penyumbang kemiskinan di Indonesia. Artinya, konsumsi masyarakat Indonesia pada produk tersebut sangat besar.
Kemudian, data BPS Provinsi Kalsel juga ikut mencatat, pada Juli 2025 terjadi inflasi year on year (y-on-y) Provinsi Kalsel sebesar 2,48 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,89. Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung sebesar 3,07 persen dengan IHK sebesar 107,89 dan inflasi terendah terjadi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) sebesar 1,73 persen dengan IHK sebesar 109,48. Seluruh kabupaten/kota amatan IHK mengalami inflasi tahunan.
Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya delapan indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 2,05 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 2,42 persen; kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar sebesar 0,95 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 1,24 persen; kelompok kesehatan sebesar 4,24 persen; kelompok pendidikan sebesar 2,64 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,25 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 14,52 persen.
Tingkat inflasi month to month (m-to-m) Provinsi Kalsel bulan Juli 2025 sebesar 0,21 persen. Lalu tingkat inflasi year to date (y-to-d) Provinsi Kalimantan Selatan bulan Juli 2025 sebesar 1,63 persen.
Ada pun komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y pada Juli 2025, antara lain: emas perhiasan, bawang merah, tomat, tarif rumah sakit, minyak goreng, sewa rumah, cabai rawit, sigaret kretek mesin, kopi bubuk, nasi dengan lauk, kue basah, mobil, sekolah dasar, baju muslim wanita, bahan bakar rumah tangga, sepeda motor, terong, pasta gigi, bubur, service motor, pepaya, cabai merah, shampo, gula pasir, upah asisten rumah tangga, semangka, ikan bakar, sigaret kretek tangan, kelapa, bakso siap santap, baju muslim pria, sop, sigaret putih mesin, mie kering instant, ikan layang, ayam goreng, soto, seragam sekolah anak dan gado-gado. Adanya sumber inflasi berupa nasi dengan lauk merupakan salah satu bukti bahwa masih besarnya ketergantungan masyarakat Banua untuk memenuhi kebutuhan makananya melalui komuditas beras.
Melihat kenyataan tersebut, Akademisi ekonomi dari Poltek Tanah Laut Rizky Aldi Setianda menegaskan perlunya peran serius Pemerintah Daerah dalam rangka mendorong semakin tingginya produksi pangan alternatif yang ada di Banua.
“Petani muda seperti Herry Purwanto harus dibantu agar mereka bisa semakin hebat memproduksi pangan alternatif melalui bantuan bibit hingga peralatan pertanian yang lebih modern. Petani muda ini aset daerah, karena jika mereka suskes meningkatkan produksi pangan alternatif, banyak efek domino positif yang akan terjadi,” terangnya.
Dengan peningkatan produksi pangan alternatif, sehingga semakin tersedia pasokannya dan harganya juga dapat semakin terjangkau oleh masyarakat Banua. Lalu yang tidak kalah penting adalah dengan suksesnya mereka menjadi seorang petani, maka diharapkan bisa menginspirasi banyak pemuda lainnya untuk ikut terjun ke sektor pertanian, khususnya di sektor pangan alternatif.
“Kalau banyak yang tertatik ke bidang ini tentu sumber pangan alternatif kita kedepannya semakin beragam dan berlimpah. Ini bisa jadi titik balik untuk Kalsel bisa meminimalisir kebutuhan masyarakat akan beras untuk pangan mereka,” bebernya.
Kemudian langkah selanjutnya adalah mendorong sosialisasi yang masih terkait penggunaan pangan alternatif ke masyarakat sebagai menu makanan keseharian mereka.
“Pemprov Kalsel sudah tepat dengan menggelar Lomba Cipta Menu Makanan Beragam, Bergizi, Sehat dan Aman (B2SA). Tapi harusnya tidak hanya berhenti sampai disini, terus intensifkan lagi agar bisa digelar hingga ke kampung-kampung supaya cara memasak dengan bahan pangan alternatif selain beras semakin populer di masyarakat,” lanjutnya.
“Bahkan kalau perlu libatkan juga konten kreator supaya sosialisasinya bisa menjangkau masyarakat dengan lebih luas lagi,” sarannya.
Jika hal ini bisa konsisten dilakukan secara nyata, dirinya optimis program diversifikasi pangan dapat sukses di lakukan Kalsel kedepannya.
Penulis: Arief Rahman