![]() |
Bom nuklir gravitasi B61-12 buatan Amerika Serikat – Foto sindonews.com |
BORNEOTREND.COM, JAKARTA - Amerika Serikat dilaporkan telah kembali menempatkan senjata nuklirnya di Inggris, menandai pertama kalinya dalam lebih dari 15 tahun sejak senjata serupa ditarik pada 2008. Langkah ini diyakini sebagai respons terhadap meningkatnya ketegangan global dan bagian dari strategi pertahanan NATO.
Sebuah pesawat angkut militer C-17 Globemaster III milik
Angkatan Udara AS (USAF) mendarat di Pangkalan Udara RAF Lakenheath, Suffolk,
Inggris, pada Kamis pekan lalu. Pesawat ini diketahui lepas landas dari
Pangkalan Kirtland di New Mexico—fasilitas penyimpanan senjata nuklir utama
milik AS—dan menempuh penerbangan transatlantik dengan pengisian bahan bakar di
udara, sebuah indikasi bahwa misi ini dikategorikan sebagai operasi prioritas
tinggi.
Menurut para analis pertahanan, pola penerbangan pesawat
tersebut dan pembatasan wilayah udara di atas Lakenheath sangat mirip dengan
misi pengiriman senjata nuklir sebelumnya. Beberapa sumber menyebut bahwa ini
adalah misi "pengantaran satu arah", mengindikasikan bahwa muatan
strategis ditinggalkan di lokasi.
Sebelumnya, surat kabar The Telegraph mengungkap dokumen
tidak rahasia yang tampaknya secara tidak sengaja dipublikasikan oleh
pemerintah AS dan merinci misi "nuklir" baru di Lakenheath.
Baik pemerintah Inggris maupun AS tidak secara rutin
memberikan pernyataan mengenai lokasi penyimpanan senjata nuklir.
Namun para pakar mengatakan bahwa pola penerbangan C-17
pekan lalu sangat mirip dengan misi-misi USAF sebelumnya saat mengangkut bom
nuklir.
Wilayah udara di atas pangkalan tersebut juga dibatasi pada
Kamis pekan lalu. Pesawat C-17 itu juga tidak langsung kembali ke AS, hal yang
oleh seorang analis kepada The Times disebut sebagai "misi pengantaran
satu arah."
Pesawat tersebut juga diketahui mengisi bahan bakar di udara
saat terbang di atas pantai timur AS, sebuah indikasi bahwa misi ini berstatus
prioritas, menurut situs berita spesialis The Aviationist.
RAF Lakenheath merupakan markas dari 48th Fighter Wing milik
USAF, yang terdiri dari dua skuadron jet tempur cepat F-15E Strike Eagle dan
dua skuadron jet tempur generasi kelima F-35A.
Pemerintah Inggris baru-baru ini mengumumkan akan membeli
satu skuadron F-35A milik sendiri, yang dikonfirmasi oleh Kementerian
Pertahanan (MoD) pada Senin (21/7/2025).
F-35A dapat dilengkapi dengan bom gravitasi nuklir. Jet
tempur Inggris ini nantinya akan mengambil senjata dari stok senjata AS yang
disimpan di wilayah Inggris.
Ini akan menjadi pertama kalinya Inggris kembali memiliki
kemampuan untuk meluncurkan senjata nuklir dari udara sejak bom gravitasi
WE.177 dipensiunkan pada 1998.
"Keputusan ini mengembalikan peran nuklir bagi RAF untuk pertama kalinya sejak Inggris menghentikan sistem senjata nuklir udara milik sendiri setelah Perang Dingin," demikian tertulis dalam dokumen Kementerian Pertahanan Inggris yang diterbitkan Senin.
Keputusan pemerintahan AS sebelumnya untuk kembali
menempatkan senjata nuklir di Inggris merupakan bagian dari penyesuaian postur
nuklir NATO di Eropa. Ini dilakukan sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke
Ukraina yang masih berlangsung hingga hari ini sejak Februari 2022 lalu.
Tahun lalu, The Telegraph melaporkan bahwa pangkalan
Lakenheath telah membeli pelindung ledakan baru dan membangun "asrama
surety" - sebuah istilah yang digunakan militer AS sebagai eufemisme untuk
penyimpanan aman senjata nuklir.
Mantan Direktur Non-Proliferasi Nuklir NATO, William
Alberque, mengatakan kepada The Times bahwa pesawat transportasi yang mendarat
di Lakenheath pada Kamis itu diketahui terbang dari AS dengan transponder
menyala. Itu artinya pesawat itu bisa dilacak oleh pemerintah asing dan para
pengamat penerbangan sipil.
"Menerbangkan C-17 dengan transponder aktif dari tempat
penyimpanan panas di Kirtland ke Lakenheath, lalu kembali tanpa singgah ke
fasilitas penyimpanan menunjukkan bahwa ini adalah misi pengantaran satu
arah," ucap Alberque.
"Kadang-kadang penerbangan C-17 untuk misi ini
dilakukan tanpa transponder. Jadi fakta bahwa mereka justru mengaktifkannya
membuat saya yakin bahwa ini adalah keputusan yang disengaja."
Kementerian Pertahanan Inggris menolak memberikan komentar
dengan alasan kebijakan untuk tidak membahas lokasi senjata nuklir.
Sumber: cnnindonesia.com