![]() |
Situs nuklir Bushehr di Iran masih berdiri dan tidak berani diganggu Israel karena ada orang-orang Rusia di sana - Foto AP Photo |
BORNEOTREND.COM, JAKARTA - Meski mengklaim sukses membombardir situs nuklir Iran di Fordow, Isfahan, dan Natanz selama konflik 12 hari, Israel justru menghindari menyentuh satu lokasi vital: Bushehr. Bukan tanpa alasan—reaktor nuklir itu dijaga kepentingan Rusia.
Perang Iran–Israel yang berlangsung pada 13–24 Juni 2025 menyisakan satu pertanyaan besar: mengapa situs nuklir Bushehr tak ikut dihantam jet tempur Israel?
Padahal, militer Israel dan Amerika Serikat berulang kali mengklaim telah “melumpuhkan” kemampuan nuklir Iran lewat pemboman tiga situs utama: Fordow, Isfahan, dan Natanz.
Jubir militer Israel, Brigjen Effie Defrin, bahkan sempat menyebut Bushehr ikut diserang. Namun tak lama kemudian, klaim itu diralat. Bushehr dinyatakan aman, tak tersentuh.
Mengapa Israel tiba-tiba ragu? Jawabannya ada pada satu kata: Rusia.
Reaktor nuklir Bushehr bukan sekadar fasilitas milik Iran. Situs ini dibangun oleh Rusia dan kini dikelola bersama oleh badan energi nuklir Rusia, Rosatom. Lebih dari 200 ilmuwan Rusia dilaporkan bekerja di lokasi tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin, dikutip Interfax pada 19 Juni 2025, mengatakan bahwa Israel telah memberikan jaminan bahwa fasilitas Bushehr dan keselamatan ilmuwan Rusia tidak akan diganggu.
"Kami telah sepakat dengan pimpinan Israel bahwa keselamatan para ahli kami dijamin," tegas Putin.
Selain itu, Rusia kini tengah membangun dua unit tambahan reaktor di Bushehr. Adapun reaktor pertama, yang mulai beroperasi pada 2010, memiliki kapasitas 1.000 megawatt dan menjadi satu-satunya pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) aktif di Iran.
Tak hanya faktor Rusia, lokasi Bushehr yang berada di tepi Teluk Persia juga menjadi pertimbangan militer Israel. Serangan terhadap PLTN di wilayah strategis ini berpotensi memicu krisis lingkungan dan ketegangan regional yang lebih luas.
The Jerusalem Post mengutip mantan pejabat intelijen Angkatan Laut Israel, Dr. Eyal Pinko, yang menegaskan bahwa Bushehr bukanlah fasilitas pengayaan uranium, melainkan PLTN, sehingga bukan prioritas target militer.
Namun pengamat menyebut, keberadaan teknisi Rusia adalah faktor utama yang membuat Israel—dan Amerika—tak berani gegabah. Di tengah ketegangan global yang masih tinggi antara Barat dan Rusia akibat perang Ukraina, menyulut konflik langsung dengan Moskow dianggap terlalu berisiko.
Dengan demikian, meski Israel membual telah “melumat” program nuklir Iran, Bushehr tetap berdiri—terjaga oleh alasan teknis, strategis, dan tentu saja, diplomatik.
Sumber: detik