Ekonomi Melambat, Pemerintah Disarankan Perpanjang Bantuan Tunai dan Diskon Tarif Listrik

BANTUAN TUNAI: Warga masih memerluka bantuan uang tunai dari pemerintah – Foto Net


BORNEOTREND.COM, JAKARTA - Indonesia menghadapi tekanan ekonomi global yang berdampak langsung pada perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional. Proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 diperkirakan hanya berkisar 4,7% hingga 4,8% — turun dari rerata tahunan yang selama ini stabil di angka 5% dan jauh dari target pertumbuhan 8%.

Menanggapi kondisi ini, CORE Indonesia (Center of Reform on Economics) merekomendasikan pemerintah segera mengambil kebijakan strategis yang berfokus pada pemulihan konsumsi masyarakat, sektor yang menyumbang lebih dari 50% terhadap PDB Indonesia.

"Beberapa langkah penting yang dapat segera dilakukan antara lain pertama, memperluas dan memperpanjang paket stimulus ekonomi," tulis CORE dalam laporannya dikutip Senin (28/7/2025).


Bantuan Tunai Perlu Diperpanjang

CORE mengatakan ada beberapa langkah penting yang bisa dilakukan pemerintah untuk bangkit dari kondisi perekonomian yang melambat, yakni, memperluas dan memperpanjang paket stimulus ekonomi.

"Program bantuan tunai langsung perlu diperluas jangkauannya untuk menjangkau lebih banyak rumah tangga menengah ke bawah, dengan fokus khusus pada pemulihan kemampuan konsumsi makanan pokok, tulis CORE.


Diskon Tarif Listrik Sangat Diperlukan

Selain itu, CORE juga menilai diskon tarif listrik dapat mendorong konsumsi, "Pemerintah juga bisa mempertimbangkan kebijakan diskon tarif listrik mengingat biaya listrik menyumbang rata-rata 10% pengeluaran rumah tangga Indonesia."


Daya Beli Masyarakat Melemah

Rekomendasi tersebut muncul karena data-data yang dihimpun CORE menunjukkan bahwa daya beli masyarakat yang melemah sejak awal tahun 2025 hingga kuartal kedua.

"Melemahnya konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2025 jika dibandingkan dengan triwulan I 2025 (tahunan), tercermin dari melambatnya pertumbuhan tahunan indeks penjualan riil (IPR). Pada triwulan II 2025, IPR diproyeksikan hanya tumbuh 1,2% (tahunan). Angka proyeksi ini separuh dari laju IPR pada Januari-Maret 2025 (2,8%)," tulis CORE.

Bahkan konsumsi yang melemah ini terjadi saat ada libur panjang, yang biasanya menjadi pendorong. Hal ini terlihat ini penurunan permintaan dari transportasi dan okupansi hotel.

Pada kuartal IV 2024, jumlah penumpang pesawat terbang tersungkur -42,08% (tahunan), dan penumpang kereta api melambat di level 9,42% pada kuartal I 2025, jauh di bawah pertumbuhan penumpang pada 2024, yang rata-ratanya mencapai 35,9% (tahunan). Sementara penumpang kapal laut, meski tumbuh positif pada kuartal I 2025 (7,37%), angkanya jauh di bawah kuartal I 2024 (29,42%).

Penurunan juga terlihat dari tingkat okupansi kamar hotel juga menurun. Pada kuartal pertama terkontraksi 0,07% sekaligus menjadi yang pertama sejak era pandemi Covid-19.

Selain itu, CORE juga mencatat masyarakat Indonesia cenderung menunda pembelian rumah, khususnya tipe menengah dan tipe besar.

Untuk diketahui, peran konsumsi masyarakat berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, besarannya bahkan mencapai 50% lebih.

Sumber: cnbcindonesia.com

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال