Senyum Nurkolis, Dua Tahun Cuci Darah Gratis Berkat Program JKN

 

SENYUM: Yuni Nurkolis yang rutin melakukan cuci darah dengan program JKN - Foto Dok jamkesnews.com

BORNEOTREND.COM- Raut bahagia dan berseri nampak dari wajah Yuni Nurkolis (48 tahun) ketika ditemui tim Jamkesnews.com sesaat setelah dirinya menjalani kontrol rutin cuci darah di Rusah Sakit Umum Daerah (RSUD) Datu Sanggul, Rantau, Kabupaten Tapin. 

Bukan tanpa sebab, kebahagiaan Nurkolis sapaan akrabnya adalah karena selama hampir dua tahun dirinya rutin menjalani cuci darah, Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) selalu hadir menemaninya.

Nurkolis yang kini menjalani kontrol cuci darah rutin sebanyak dua kali dalam setiap minggu mengaku tidak menyimpan rasa sedih dalam dirinya, melainkan semangat untuk terus bertahan dan membaik dari kondisi yang ada saat inilah yang selalu muncul padanya. 

“Sebagai seorang Prajurit Angkatan Darat tentu saya selalu memiliki semangat dan terus memotivasi diri saya untuk terus kuat dan terus melawan kondisi yang berpotensi membuat saya lemah,” ujar ayah tiga anak ini.


Nurkolis mengaku senang karena dari awal hingga kini Program JKN senantiasa menjadi penjamin pembiayaan dirinya berobat dan kontrol. 

“Saya sering berandai-andai, bagaimana jadinya kalau saya harus menjalani prosedur cuci darah ini tanpa adanya Program JKN ini. Terbayang pasti akan sangat terasa berat karena pernah mencoba mencari tahu kira-kira biaya setiap sekali cuci darah itu ternyata cukup mahal apalagi dengan jadwal dua kali dalam satu minggu yang harus saya jalani, dikali lagi dengan hampir dua tahun sudah saya rutin, wah matematika saya pokoknya berkesimpulan pasti berat kalau tanpa Program JKN,” lanjutnya.

Terdaftarnya sebagai peserta Program JKN semakin disyukuri olehnya karena untuk memperoleh semua penjaminan ini dirinya hanya menanggung iuran satu persen saja dari total lima persen iuran yang dihitung dari pendapatannya.

“Saya semakin bersyukur kalau membandingkan matematika saya diatas tadi dengan kenyataan bahwa saya bisa menjalani ini dengan gratis dan hanya cukup menanggung sebagian kecil dari total iuran yang ditagihkan atas nama saya dan keluarga. Apalagi setelah saya tahu bahwa dengan iuran tersebut saya bisa menanggung saya sendiri, istri serta ketiga anak saya. Jadi semua anggota keluarga saya sudah terlindungi Program JKN dengan iuran yang saya bayarkan tersebut,” jelasnya.

Mendampingi sang suami, istri Nurkolis, Suharti Ningsih berkisah perjuangan menemani suaminya tersebut berjuang sejak awal divonis mengalami gagal ginjal sampai harus rutin cuci darah.

“Tentu sempat merasa sedih ya mendengar bapak selaku kepala keluarga kami divonis gagal ginjal. Tetapi melihat bapak yang terus bersemangat untuk tetap sehat, melihat bapak yang selalu bersemangat setiap kali mau kontrol rutin saya jadi ikut merasa semangat dalam mendampingi bapak,” bebernya.

Suharti sempat menarik mundur memorinya sembari menginat ketika awal sang suami sakit. Awalnya Ia dan suami mengira sakit yang di derita Nurkolis hanya demam biasa. Tetapi melihat kondisi yang tidak kunjung membaik akhirnya mereka memutuskan untuk membawanya ke RS.

“Sempat mengira hanya demam panas biasa, tapi kok setelah cek lab ada sesuatu yang saya rasa janggal dan membuat saya terdorong untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pada akhirnya dua tahun lalu itu bapak dinyatakan mengalami kegagalan pada fungsi ginjalnya dan harus menjalani cuci darah rutin. Sempat terfikirkan soal pembiayaan, tapi setelah tahu bahwa Program JKN bisa menanggung seluruh biaya pengobatan yang harus bapak jalani, seketika perasaan-perasaan was-was dan takut kami berubah menjadi optimisme untuk terus berikhtiar demi menjaga kesehatan dan terus berusaha kuat,” tandasnya.

Sumber: www.jamkesnews.com

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال